Ketika Usia Tidak Bisa Diajak Kompromi

Ketika Usia Tak Bisa Diajak Kompromi

penulis MAS REDJO foto BOBO.ID

Jangan berkecil hati. Apalagi untuk disesali. Juga tak ada gunanya diingkari. Lebih bahagia itu, jika kita berani menerima kenyataan dan mensyukurinya.

Pensiun dari pekerjaan itu bukan hal yang perlu ditakuti atau dihindari, tapi harus disiasati agar kita terus berkarya. Usia boleh semakin menua, tapi kita harus tetap berjiwa muda, hidup pun bermakna bagi sesama.

Ketika kita berorientasi, hidup untuk bekerja dan memaknainya, berarti kita tak mengenal istilah pensiun dari aktivitas kerja. Kita pun bekerja tanpa beban, dan hepi.

Berbeda dengan orang yang tidak berani menerima kenyataan. 

Banyak di antara kita lupa usia. Berasa masih muda, hebat, bergairah penuh vitalitas, dan “ben diarani.” Perlu pengakuan. 

Kenapa?

Mereka tak lebih hanya pemburu kenikmatan semu. Gegap gempita yang kosong, sekaligus cerminan hati yang kosong pula. Padahal kita tidak bisa membohongi usia.

Coba lihat di sekeliling kita. Berapa banyak orang yang ingin _ben diarani_ alias butuh pengakuan, tak mau diremehkan, apalagi direndahkan. 

Berasa hebat sendiri itu yang membuat kita jauh dari rendah hati. Mereka membungkus jiwa yang stress dengan gengsi, hingga tak jarang mereka hidup dengan menjual teman sendiri.

Padahal, sejatinya hidup ini adalah kesempatan untuk melayani Tuhan. Bukan untuk yang lain. Hidup yang bermanfaat dan bermakna.

Tak ada kata terlambat, jika kita ingin berbenah, berubah, dan berbuah. Hidup yang sederhana, sabar, rendah hati, dan ikhlas.

Masa pensiun adalah hidup untuk pembuktian diri untuk melakukan hal-hal yang baik dan positif.

Bersama Tuhan, tak ada hal yang sulit. Pekerjaan apapun, jika dilakukan dengan senang hati itu jauhi stress, tidak cepat pikun, dan membuat hidup panjang umur.

Memaknai hidup itu anugerah Tuhan. Karya kita sebagai persembahan hati, pujian bagi kemuliaanNya. 

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang