(Foto: WK)
Penulis: Jlitheng
Penelitian, seperti yang dilakukan oleh Laura Carstensen, pakar penuaan dalam A Long Bright Future, 2011, acap menunjukkan bahwa banyak orang lansia lebih bahagia daripada mereka yang berusia dua puluhan yang dianggap berada di puncak kehidupan. Orang yang berusia di atas 65 tahun memiliki pandangan paling stabil dan optimistis dari semua orang dewasa.
Aku melihat kebenaran pernyataan Laura itu dalam diri sahabat lansiaku.
Nama sahabatku itu memiliki kemiripan makna dengan kata tentrem, bungah, damai, dan sukacita.
Usianya sudah lebih dari 65 tahun.Tak lagi muda dan tak kuat seperti dulu. Pernah dia jatuh dengan kepala membentur pagar runcing berduri, tapi sungguh ajaib, memang terluka dan dioperasi, tetapi dapat sembuh seperti semula.
Aku yakin, sahabatku itu, dijaga oleh konsistensinya dalam berbuat baik. Maka, dia aman, selamat, dan yang terjadi tidak membuat dia surut melayani mereka yang sekeng di sekitarnya.
Salah satu wujudnya adalah tak henti memperhatikan, menyapa, dan melayani mereka yang sekeng, tidak bisa berjalan karena sakit atau sepuh atau karena sebab lain.
Yang aku cermati dari sahabatku itu, dia akan berbahagia jika dapat membuat orang lain bahagia. Macam-macan caranya: berkumpul untuk ibadah bersama, minum teh, jalan pagi bersama, tengok warga yang sakit.
Konon sahabarku ini pernah nyantrik di perguruan Keluarga Kudus. Jadi, tidak heran jika perhatiannya kepada keluarga tak pernah terkubur oleh keterbatasan-keterbatasannya.
Melalui kesaksian hidupnya itu, dia ingin mengatakan bahwa, sekalipun tidak sempurna, dan telah jadi lansia, kita dapat berjalan bersama untuk saling menyempurnakan.
Lanjut sahabatku, sebab menjadi saksi kebajikan untuk tetangga dekat itu sah-sah saja. Aku juga akan lanjut menulis tentang kemilau kasih-Nya, walau tidak jelas.
Salam sehat dan tetap setia berbagi cahaya.