Saya tidak bermaksud untuk memprovokasi. Apalagi mengajari dan menjerumuskan siapapun agar ikut-ikutan berutang. Berutang bagi saya itu hal biasa, bahkan bisa dibilang hobi. Jujur, tanpa berutang saya ini tidak punya gairah hidup, alias loyo.
Saya harap tidak ada yang apriori, sinis, atau mencemooh, karena mengetahui seakan saya seperti bangga dengan banyak utang. Bukannya malu dan disembunyikan, sebaliknya aib itu dibuka di depan umum.
Saya berutang itu bukan gengsi, sok-sokan, pengin pamer, dianggap keren, atau konsumtif. Juga bukan untuk gali lubang tutup lubang. Saya berutang itu bukan terpaksa, tapi agar giat bekerja dan semakin produktif!
Benarkah? Jangan kaget atau berkerut kening karena alasan saya berutang itu jujur, tidak mengada-ada, tapi masuk akal.
Saya berhutang ke bank agar saya bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Hal itu yang memotivasi saya. Utang sebagai tantangan! Tanpa tantangan hidup ini serasa monoton dan tidak ada seninya.
Peruntukan Dana Jelas
Hobi berutang di bank, saya tekuni gara-gara teman. Katanya, tanpa berutang, kita sulit maju untuk mengembangkan usaha, karena modal yang terbatas. Yang penting, suntikan dana itu peruntukannya jelas untuk menambah pelanggan dan meningkatkan omset penjualan.
Kenyataannya, saya berutang ke bank untuk membeli rumah, bukannya untuk menambah modal usaha. Kenapa rumah? Harga rumah naiknya melesat, melebihi bunga bank. Keuntungannya juga dijamin lebih pasti.
Ketika ingin berutang, saya punya hitungan pasti dengan perputaran roda ekonomi usaha. Dijamin tidak mengganggu modal. Kekuatan saya dalam memasarkan produk, terletak pada memahami kebutuhan pelanggan.
“Membangun relasi, mengedepankan Nurani”, adalah faslafah usaha saya. Saya memahami kebutuhan pelanggan disesuaikan dengan modal usaha. Tidak asal dapat orderan yang penting untung.
Lebih dari itu, saya berorientasi membuka wawasan usaha pelanggan agar usahanya terarah dan fokus pada pokok sasaran. Produk usaha yang dipasarkan sukses!
Puji Tuhan, pelanggan terus berdatang lewat promosi dari mulut ke mulut, dan omset penjualan saya terus meningkat.
Akibatnya, saya dimanja oleh perbankan. Ditawari utang yang lebih besar. Anehnya, saya menjadi hobi untuk berutang dan menjawab tantangan perbankan dengan penuh tanggung jawab untuk meraih sukses bersama. – MR
MOTIVASI LAIN: