Vitamin Dan Kekebalan Tubuh

Seide.id – Sudah sejak lebih 4 dasawarsa orang di dunia mengalami kekurangan vitamin dan mineral. Gerakan Orthomolecular Linus Pauling peraih Nobel Vitamin C memprihatinkan kondisi ini.

Tanah bumi sudah kritis. Lapisan tanah topsoil, ketebalan permukaan tanah 30 Cm yang kaya akan zat hara, dari mana tumbuhan mendapat makanan, sudah kritis. Itu berarti padi, jagung, gandum, selain buah, sayur-mayur yang tumbuh di bumi sekarang tidak mendapat cukup lengkap zat gizi untuk bertumbuh.

Dibanding yang dikonsumsi nenek moyang kita, produksi hasil bumi dari tanah kritis tidak semutu dulu. Termasuk ternak yang mengkonsumsi rumput, juga ikut kekurangan zat gizi. Maka sayur buah daging yang dikonsumsi orang lebih 4 dasawarsa ini, sudah tak selengkap yang dikonsumsi nenek moyang kita.

Belum kalau melihat pemakaian pupuk kimia yang berlebihan, sistem panen, penyimpanan, pengawetan, yang membuat hasil bumi semakin kehilangan sebagian gizi yang dikandungnya. Selanjutnya bagaimana manusia mengolah hasil bumi untuk menjadi menu, cara menyiangi, menyimpan, dan mengolah yang terlampau panas, selain hasil bumi disimpan di kulkas sehingga sudah teroksidasi akibat penyimpanan lama, nutrisinya sudah banyak hilang sebelum tiba di meja makan.

Jadi bayam, sawi, gandum, padi, pisang, pepaya, apel, anggur, dan semua yang sekarang kita konsumsi, belum tentu bisa melengkapi seluruh kebutuhan tubuh akan zat gizi.

Tubuh kita memperoleh zat gizi dari apa yang kita konsumsi. Kalau sumber hasil buminya sudah banyak kehilangan zat gizinya, ditambah cara olahnya salah, maka yang ada di meja makan rumah sudah semakin banyak zat gizi yang hilang.

Tubuh kita butuh lebih 40 zat gizi atau nutrient. Sebagian bersifat esensial atau tidak boleh tidak harus diperoleh dari makanan karena tubuh tidak bisa memproduksinya sendiri. Kalau yang esensial ini tidak tersedia di menu harian, maka tubuh untuk waktu menahun akan menderita kekurangan. Ini yang oleh WHO dijuluki “hidden hunger“: badan gemuk besar tapi kalau diperiksa darah dan rambut (untuk memeriksa kandungan mineral tubuh), ada saja nutrient atau zat gizi yang kekurangan. Itu maka, itu alasan mengapa suplemen diperlukan.

Kita masih lebih beruntung karena bumi kita berada di iklim tropis, banyak keanekaragaman hayati, sayur mayur maupun bebuahan, selain herbal. Barangkali kalau kita memanfaatkan semua yang tumbuh di bumi, tubuh kita tidak harus sampai kekurangan. Namun itu tadi, seberapa beraneka ragam sumber makanan kita upayakan untuk menjadikan menu harian kita sehingga seluruh kebutuhan tubuh kita terpenuhi. Seberapa tepat pula kita mengolah menu sehingga sumber makanan tidak kehilangan zat gizi. Seberapa cerdas kita memilih sayur mayur, buah, dan daging yang masih lebih alami kandungan gizinya. Ayam kampung tentu lebih lengkap nutrisinya dibanding ayam ras. Ikan laut lebih lengkap dibanding ikan budidaya. Pisang pepaya jambu mangga di pekarangan lebih lengkap alami ketimbang buah budidaya dengan teknologi. Demikian pula sayur mayur organik lebih lengkap nutrisinya ketimbang yang dipupuk.

Oleh karena kita tidak mungkin menghindar dari produksi pertanian massal, kita menerima saja bahan makanan untuk menu harian kita yang nyatanya sudah substandard kandungan nutrisi atau nutrient-nya. Belum lagi kalau pola makan kita yang cenderung monodiet, yakni makan hanya satu menu: nasi dengan soto, atau nasi dengan gado-gado, atau nasi dengan lodeh.

Untuk memenuhi kecukupan lebih 40 nutrient butuh 5-6 menu di atas meja makan. Tapi mana mungkin? Menyediakan satu menu saja sudah kerepotan tersendiri. Apalagi harus menu sebanyak 6 macam.

Harus diakui, menu restoran, menu warung nasi, tidak lebih menyehatkan dibanding menu buatan dapur sendiri dalam hal kandungan nutrisinya, selain bukan menu dapur sendiri adanya zat tambahan atau food additive. Maka tak bosan saya sampaikan, juga dalam setiap seminar saya, bahwa kesehatan itu ada di dapur, bukan di restoran.

Apa di balik kenyataan di atas itu semua? Saya ingin mengatakan, bahwa tanpa suplemen, tubuh kita akan menderita kekurangan gizi hidden hunger. Bukan kekurangan gizi orang yang kelaparan seperti di Ethiopia misalnya, melainkan kekurangan gizi orang yang kecukupan makan, akan tetapi tidak lengkap asupan zat gizinya.

Kesadaran bahwa orang di bumi lebih 4 dasawarsa menderita kekurangan gizi hidden hunger, mucul di Barat. Itu maka industri suplemen lahir di Barat. Industri pertanian, bahan makanan harus disimpan, cara olah yang praktis, pola makan memilih refined diet, menu olahan, bukan memilih menu alami. Itu semua kenyataan yang membawa perabadan makan menuju kekurangan gizi sekarang orang di dunia selama lebih empat dasawarsa belakangan ini.

Bagaimana dengan kita? Melihat kenyataan cara hidup kita termasuk memilih menu harian juga sudah westerinized, kebarat-baratan, maka nasib tubuh kita juga hampir sama dengan nasib orang di Barat: hidden hunger. Keluhan beraneka ragam bisa muncul sebagai gejala kurang gizi akibat banyak nutrient esensial yang kekurangan.
Sebagai contoh, trace element (mineral yang sangat kecil kebutuhannya microgram), sebut saja selenium, besar perannya pada organ jantung.

Selenium bersifat esensial, atau harus dada dalam menu karena tubuh tidak bisa memprodusiknya. Maka apabila selenium kekurangan karena tidak mendapat suplemen, maka fungsi jantung bisa terganggu. Itu pula ada suplemen Q10 juga untuk fungsi jantung, juga melihat kenyataan hidden hunger juga.

Kita orang sekarang butuh suplemen. Pengertian suplelemen di sini bukan sebagaimana dipersepsi produk MLM, yang dijajakan dari mulut ke mulut, melainkan suplemen dalam arti vitamin dan mineral. Tubuh membutuhkan lebih 20 vitamin dan mineral esensial, yang tidak akan diperoleh dari menu harian, apabila menu harian seadanya.

Itu maka pada setiap kali seminar saya menyampaikan juga anjuran agar tubuh kita mendapatkan suplemen. Saya sudah lebih 35 tahun minum 6 macam vitamin-mineral, dan baru 2 tahun terakhir tambah satu suplemen untuk mata, menjadi 7 macam suplemen. Mengapa harus sebanyak itu?

Oleh karena saya yakin, kendati menu harian saya susun mengkonsumsinya selengkap mungkin, melihat kondisi bahan makanan kita agaknya, belum tentu mencukupi kelengkapan semua kebutuhan tubuh. Begitu juga melihat cara olah yang tidak seluruhnya benar.

Bahwa prinsip menyehatkan itu, kalau bisa dimakan mentah kenapa harus dimasak, seperti orang Jepang dan Korea melakukannya. Kalau cukup dimasak sejenak, kenapa harus sampai mendidih. Kalau ada yang alami kenapa pilih yang diolah. Kalau ada madu atau gula jawa kenapa pilih gula pasir. Kalau ada ubi kenapa pilih terigu.

Saya merasakan betul manfaat minum 7 macam suplemen setiap hari. Saya merasa bugar. Masih mampu berdiri lebih 3 jam kalau seminar. Jarang sakit, semua nilai darah saya normal. Enak tidur, enak makan, dan masih rutin jalan pagi tergopoh-gopoh (brisk walking). Kalau rambut saya masih lebih hitam, mungkin kecukupan nutrient itu.

Bahwa vitamin erat kaitannya dengan kekebalan tubuh atau sistem imun, bukan hanya satu. Vitamin C, vitamin D, selain vitamin B6, B12, dan asam folat.

Saya mau membahas sedikit ihwal asam folat (folic acid). Ini salah satu vitamin penting bagi ibu hamil. Semua ibu hamil wajib mendapat suplemen asam folat agar bayi yang dikandung tidak cacat. Tabung saraf bisa tidak menutup kalau ibu kekurangan asam folat. Juga disebut-sebut risiko melahirkan anak autoimnun.

Ada salah satu gen tubuh kita MTHR (methyltetrahydrofolate reductase). Gen ini yang mengubah asam folate menjadi methylfolate atau vitamin B9. Methylasi ini penting untuk pembentukan antioksidan glutathione.

Dengan adanya antioksidan glutahione untuk peredam racun atau detoxification, tubuh tidak sampai mengalami keracunan. Tubuh yang mengalami keracunan yang akan memunculkan otoimun, autisme, kelainan saraf tulang belakang multiple sclerosis, gangguan otot fibromyalgia, selain kelainan jantung.

Apabila gen MTHR mengalami mutasi, maka proses methylasi tidak berlangsung. Proses methylasi cycle ini yakni pembentukan vitamin B9 sehingga glutathione tidak mencukupi untuk melakukan kendali fungsi kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh terganggu. Selain itu glutathione mencegah semua penyakit yang diakibatkan tubuh mengalami keracunan.

Kita tidak tahu nutrient apa saja yang kurang pada tubuh kita sekarang sehingga tanpa sadar kita merasakan ada saja keluhan fisik yang tidak jelas. Mungkin cepat letih, lesu, lemah. Mungkin sering pegal. Mungkin ada masalah pencernaan, dan lainnya. Untuk tahu apa saja yang kurang dalam tubuh, perlu dilakukan pemeriksaan darah selain analisis dari rambut (hair analysis).

Tapi untuk praktisnya, kita minum saja semua suplemen dengan asumsi kita tidak mungkin memperoleh semua nutrient dari menu harian. Pembuktian terbaliknya, apabila setelah minum sekian suplemen kita merasa badan kita lebih bugar, itu berarti selama ini kita menderita kekurangan satu atau lebih vitamin-mineral dari suplemen yang kita minum.

Perkara apa sudah kelebihan vitamin-mineral agaknya tidak terlalu menjadi soal, karena akan dibuang melalui urine. Kecuali vitamin A,D,E dan K, yang akan ditimbun kalau berlebihan. Tapi hampir tak mungkin kita memperoleh kecukupan keempat vitamin tersebut dari menu harian, maka kecil kemungkinan sampai berlebih.

B+Kesimpulan kita, betapa pentingnya kecukupan vitamin, maka akal sehat medisnya bahwa sejatinyalah kita memang butuh suplemen. Belum tentu semua sejawat sepakat dengan pendapat ini. Saya pribadi meyakininya dari analisis Ilmu Orthomolecular Medicine, yang mengamati kondisi sel orang sekarang, sebagai dapur pengolah semua zat yang dibutuhkan tubuh, betul mengalami kekurangan banyak bahan zat gizinya, akibat menu harian tidak lengkap.

Salam sehat,
Dr Handrawan Nadesul

Kapan Sebaiknya Fogging DB?