Cari Wangsit di Tempat Wingit

Sewaktu muda, saya sering kali diajak teman untuk mencari wangsit di tempat wingit. Tempatnya sepi terpencil, dilingkupi pepohonan tinggi besar, dan kesannya angker. Bahkan tidak jarang, teman itu mengajak lek-lekan di makam yang dikeramatkan.

Sesekali saya menemani teman, tapi sekadar ingin tahu, merasakan suasana tempat wingit di malam hari. Tidak lebih sekadar tepo selira, tenggang rasa, dan solider.

Anehnya, atau karena tidak peka, suasana magis itu tidak mampu saya rasakan. Jika teman sering merasakan kegaiban, sebaliknya saya merasakan kedekatan, saat berintimasi dengan Allah.

Saya pernah diberi batu akik, atau cundrik pusaka. Tapi, dengan berat hati saya menolak, karena memang kurang menyukai, apalagi harus merawatnya.

Saya juga diajak ke suatu bukit di lereng gunung untuk diisi oleh gurunya. Alasannya, karena saya ingin merantau ke Jakarta agar saya jadi kebal senjata, lebih percaya diri, dan aman terlindungi.

Saya mengucapkan terima kasih, tapi dengan halus saya menolak. Saya butuh wejangan bijak, tapi hidup mati saya milik Ilahi. Dan ke mana pun pergi, yang penting kita bisa jaga diri, luwes, dan rendah hati agar kita selamat.

Bagi saya pribadi, lek-lekan atau tirakat itu harus mempunyai tujuan jelas. Teman mencari suatu yang gaib, saya merasakan kedamaian jiwa dalam kedekatan dengan Sang Pencipta.

Sesungguhnya, keheningan jiwa itu tidak harus dicari di tempat yang jauh terpencil dan sunyi sepi, tapi dilatih dalam kesendirian. Bisa juga sambil mendengarkan musik yang lembut untuk menggugah kesadaran jiwa, membuka hati untuk Ilahi, dan fokus. Keheningan hati yang harus kita ciptakan sendiri untuk manunggaling kawulo Gusti.

Begitu pula, saat menjalani laku prihatin. Kita dilatih tidak sekadar kuat menahan lapar dan haus, tapi lebih bijak, jika diwujudkan dalam perilaku agar makin sabar, rendah hati, peduli, dan makin berbela rasa pada sesama.

Sejatinya, dalam peziarahan hidup ini kita diajak melewati jalan keikhlasan. Naik turun, terjal atau landainya suatu jalan keikhlasan itu sepenuhnya bergantung pada kita dalam memerangi dan mengatasi nafsu ego sendiri.

Kerendahan hati untuk mewujudkan hidup ikhlas dan bahagia.

Foto : Enrique/Pixabay

Sungguhkah Engkau Mencari Aku?

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang