Seide.id – Mungkin, banyak orang hidup, tapi mereka tidak tahu, apa sesungguhnya tujuan hidupnya!
Sebuah keluarga muda sangat sibuk, karena hampir seharian keduanya terkurung di dalam rumah.
Eh, ternyata keduanya sibuk menyortir barang-barang warisan peninggalan orang tuanya yang baru saja meninggal.
Menjelang senja, sang suami berkata, “Ternyata, warisan yang ditinggalkan orangtuaku lebih banyak rongsokan dan sampah.”
Kadangkala, setelah bertahun-tahun kita hidup, namun yang kita kumpulkan hanyalah “sekadar sampah serta rongsokan” dan bukan “warisan keabadian.”
Sang manusia akhirnya mulai menyadari, bahwa sering kali yang kita kejar adalah harta duniawi. Gedung megah, aneka perabot rumah, emas dan permata, tapi kita lupa mengumpulkan warisan keabadian.
Apakah itu warisan abadi itu, “nama baik serta teladan hidup, spirit hidup saleh, serta pengalaman hidup beriman yang meneguhkan hati,” misalnya.
Hal-hal itu jauh lebih mulia dan berguna daripada mengumpulkan harta duniawi.
Karena, warisan keabadian itu akan tinggal dan menetap di dalam sanubari anak cucu kita. Mereka akan memiliki cinta sejati dan belas kasih, serta katakter baik yang kelak juga diwariskan lagi kepada anak dan keturunannya.
Saudara, marilah kita sibuk bergiat mengumpulkan “warisan kekal” sebagai hadiah termulia bagi anak dan cucu-cucu kita.
Kita jangan sekadar sibuk dan hanya mengumpulkan rongsokan dan sampah di dalam kehidupan ini.
Oleh: Fr. M. Christoforus, BHK