Wartawan

“Masih ngrumpi tentang pawang?”
“Masih,…justru baru mulai nih. Apalagi mau masuk bulan Ramadhan. Emang berapa harganya sekilo?”
“Haah,…? Harga sekilo? Pawang bro,…pawaang. Pawang hujan. Ini hubungannya dengan cuacaaa!”
“Hlaaa,…iya. Aku juga dengar, gak budeg. Maksudmu harga bawang menjelang bulan puasa, ‘kaaan? Berapa harga sekilo, sekarang?”
“Pawang, brooo,…Mandalikaaa,… Motogepeee!”
“Aah,…emang susah ngomong sama elo. Gak nyambung. Nanya bawang, dijawab tempe!”
??!!…Hlaaah,…kok malah gw yg dibilang gak nasbung, eh gak nyambung?!”…

Mari kita tinggalkan pembicaraan mereka. Gak nyambung tapi (seperti biasa, selalu) dengan enerji melimpah ruah. Sampai air liur tumpah berbusah-busah.

Mendingan ngomongin anak sendiri.

Di tengah kesibukannya sebagai wartawan televisi dan kehidupannya sebagai istri seseorang, anakku, yg biasa kami panggil si Kk, tetap berusaha sesering mungkin untuk tetap bertemu dengan kami.

Kebetulan, rumah kami berdekatan. Tapi, beberapa minggu ini, praktis kami jarang bertemu. Karena ada perubahan dalam irama kerjanya. Sekarang, anakku agak sering muncul sebagai presenter ketimbang melaporkan dari lapangan.

Jika bertemu, seperti biasa kami ngobrol tentang apa saja, terutama tentang pekerjaannya.

Beberapa hari lalu ketika libur, aku memintanya mengantarku ke kantor untuk menyerahkan blanko daftar ulang pensiunan. Sebetulnya, untuk ngobrol. Karena saat-saat seperti inilah yg aku rasa efektif untuk memberi sekadar saran-saran tentang penampilannya.

Beberapa hari ini, dia kerap menggantikan temannya membawakan acara Selamat Pagi Indonesia.

Aku katakan bahwa aku merasa senang dan bangga, karena dia menurutku sudah melakukan lompatan yg cukup mengejutkan. Dia sudah bisa membawakan acara itu dengan santai. Obrolan di luar ‘naskah wajib baca’ yang dibicarakan dengan pasangannya pun terasa lancar, mengalir, improvisatif dan tak kaku. Tak tegang.

Ternyata, semua itu sangat tergantung kepada: dengan siapa dia bekerja. Dengan siapa dia dipasangkan. Maka, beceritalah anakku.

Setiap kali bertugas sebagai presenter, biasanya ada briefing dan rapat singkat antara: presenter dan produser acara. Nah, bisanya produser akan bertanya: apakah nanti di tengah-tengah membacakan berita, akan diselingi dengan obrolan atau komentar santai tentang berita apa yang telah atau akan dibacakan?

Jika ada, sebaiknya dibicarakan dengan pasangan presenter. Begitupun, jika tidak. Jika tidak ada pun, tak apa-apa. Tapi sebaiknya ada, agar tayangan tak tegang.

Jadi, sang presenter sudah siap dengan pertanyaan atau obrolan ringan dari pasangannya. Itu dilakukan untuk menghindari presenter terkejut atau sedikit gelagapan tentang pertanyaan-pertanyaan yg tiba-tiba datang seperti ‘menodong’ dari temannya. Karena tidak dibicarakan sebelumnya.

Jika sang presenter sudah berpengalaman, dia akan dgn cepat berimprovisasi dari ‘todongan’ itu. Tapi, tak demikian dengan presenter yg ‘jam terbangnya’ belum banyak.

Jika dipasangkan dgn si A misalnya, yg minatnya sangat luas, cerdas dan santai, apalagi punya minat yg mirip-mirip, waaah anakku mengaku bahwa dia sangat tenang, nyaman dan percaya diri.

Malah mungkin bisa berimprovisasi dengan santai. Tapi sebaliknya jika dipasangkan dengan presenter yang karakternya tak demikian, maka dia secara psikologis akan terbawa kaku, tak nyaman dan tak bisa berimprovisasi. Apalagi jika ‘ditodong’ dengan pertanyaan yang tak dibicarakan terlebih dulu sebelumnya.

Keterkejutan dan gelagapan itu, meski sesaat, akan terlihat. Jika gelagapan berlanjut,…biasanya produser yg akan berimprovisasi, misalnya dengan mengalihkan fokus layar monitor kepada gambar berita.

Aku memang bekerja di media. Tapi, tak pernah menjadi wartawan. Baik media cetak, apalagi elektronik.

Persinggunganku dengan media hanya: aku pernah bekerja sebagai tenaga penata letak dan ilustrator. Ditambah dengan kegemaran membaca. Sekarang ditambah minat menulis tentang apa saja dan…menyanyi. Entahlah ada hubungannya atau tidak dengan hobi menyanyi.

“Tapi -dengan sok tahu aku memberi masukan- Kk pelan-pelan, mau tak mau harus siap, bisa dan terus-menerus belajar berimprovisasi, dengan siapa pun Kk dipasangkan sebagai presenter”
“Iya ayaaah”

“Hehehe,…tapi itu semua cuma teori K. Melihat Kk yg dari kecil -ayah tahu sebagai gadis pendiam- menjadi bisa seperti sekarang ini aja sudah membuat ayah terheran-heran, kagum dan bangga”…

(Aries Tanjung)