WHO : Vaksin yang Dikembangkan India “Sangat Manjur”

Vaksin yang dikembangkan di Bharat Biotech ini punya tingkat kemanjuran 78% setelah pemberian dua dosis selama sebulan, kata WHO. Namun ada sejumlah keterbatasan dalam risetnya.

VAKSIN Covid-19 yang dikembangkan di India, Covaxin, dinilai punya tingkat efikasi tinggi atau “sangat manjur” dan tidak menimbulkan masalah keamanan, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal ilmiah Lancet, Kamis (12/11).

Covaxin, yang dikembangkan oleh Bharat Biotech, memperoleh persetujuan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada minggu lalu dan telah diizinkan untuk digunakan di 17 negara.

Vaksin yang dikembangkan di India ini punya tingkat kemanjuran 78% setelah pemberian dua dosis selama sebulan, kata WHO. Namun ada sejumlah keterbatasan dalam risetnya.

Dalam uji coba tahap tiga, Covaxin menunjukkan keefektifan terhadap varian Delta dan pada kasus COVID-19 dengan gejala parah

WHO menyebut Covaxin sebagai vaksin COVID-19 yang “sangat cocok untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah karena persyaratan penyimpanan yang mudah”.

Beberapa vaksin lain yang telah disetujui PBB harus disimpan pada suhu yang sangat rendah dan menimbulkan masalah logistik dan biaya.

Covaxin “sangat manjur terhadap penyakit COVID-19 bergejala yang dikonfirmasi laboratorium pada orang dewasa,” tulis laporan di Lancet. Vaksin ini juga “ditoleransi dengan baik tanpa menimbulkan keprihatinan akan masalah keamanan dalam analisis sementara ini,” tambahnya.

Vaksin yang dikembangkan di India ini memiliki tingkat kemanjuran 78% setelah dua dosis selama sebulan, menurut WHO.

Bersama dengan vaksin anti-Covid lainnya yang diproduksi oleh Pfizer/BioNTech, Moderna, AstraZeneca, Johnson&Johnson, Sinopharm, dan Sinovac, Covaxin telah masuk dalam daftar yang disetujui WHO.

Peluncuran Covaxin dapat “meningkatkan kapasitas produksi global yang terbatas, dan meningkatkan pasokan vaksin yang tidak mencukupi yang secara tidak proporsional mempengaruhi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah”, kata peneliti China Li Jingxin Li dan Zhu Fengcai, yang tidak ambil bagian dalam pembelajaran.

Meski dinilai efektif, mereka menyebutkan adanya keterbatasan dalam penelitian ini. Karena uji coba hanya dilakukan di India, kelompok studi yang diuji jadi kurang beragam secara etnis. Penelitian ini juga dilakukan antara November 2020 dan Januari 2021, sebelum varian Delta menyebar luas.

Terlepas dari tanggal uji coba, para peneliti yang terlibat dapat mengidentifikasi pasien mana yang terinfeksi varian Delta. Untuk sub-kelompok ini penelitian menemukan bahwa Covaxin masih memberikan perlindungan terhadap COVID-19, tetapi agak kurang efektif.

Selanjutnya, Diusulkan untuk Anak-anak

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.