(Foto: WK)
Banyak orang bilang wisata hati tidak sekeren dan sepopuler ziarah. Selain kurang afdol, tidak banyak orang yang tertarik dan berminat untuk mengikutinya.
Secara umum, jumlah peminat wisata hati tidak membeludak seperti jumlah peserta ziarah. Apalagi, untuk berziarah sambil mengadakan bakti sosial.
Padahal, tujuan wisata hati dan ziarah itu sama, yakni membangun intimasi dengan Gusti, untuk semakin meneguhkan iman dan mensucikan diri.
Di saat pandemi seperti sekarang ini, wisata hati dan ziarah sulit dilakukan oleh banyak orang atau rombongan.
Kita diajak sadar diri untuk memahami perubahan zaman. Kita harus dapat menyiasatinya. Caranya, kita melakukan semua kegiatan itu secara virtual atau lewat zoom.
Jangan bilang kurang greget, tidak menarik, dan seterusnya. Kita harus berani menerima kenyataan, bahwa pandemi itu kudu disikapi dengan berbesar hati dan bijak.
Kita juga harus berani mengubah kebiasaan, dari budaya bepergian secara rombongan menggunakan bus, ke wisata lewat zoom, yang dipandu oleh pembawa acara berpengalaman di bidangnya.
Selain itu, biaya bepergian secara rombongan dapat kita alokasikan untuk hal yang lebih bermanfaat, membagi pangan kepada tetangga, anak yatim piatu, kaum duafa, dan sebagainya.
Dengan berwisata hati atau ziarah itu sejatinya kita diajak membangun sikap peduli kita untuk rendah hati, berempati, dan berbela rasa pada sesama.
Kita juga diajak untuk berdamai dengan diri sendiri agar kita murah hati dan mudah memaafkan. Sekaligus, kita berdamai dengan Allah Yang Maha Pemberi dan Pengasih.
Berbagi kepada sesama itu sejatinya kita berbagi kepada diri sendiri. Terbayang, saat kecil dulu, kita diberi hadiah kejutan oleh orangtua, sukacita kita menembus angkasa. Itu supaya kita selalu bersyukur pada penyelenggaraan Ilahi