Bali bisa jadi kediaman kedua kami setelah BSD. Di BSD kami bekerja, di Bali istirahat. Mengingat seringnya ke Bali, sementara hotel mahal, kami putuskan ambil vila di Nusa Dua. Kalau tak dipakai, disewakan. Ada sopir lokal, Pak Tjan yang mengelolanya. Lewat pak Tjan, cicilan vila terpenuhi. Nyaris, kami punya villa tapi tak keluar uang. Semua dibayar oleh vila itu sendiri. Sekarang mesti mikir lagi ketika covid merajalela, sulit mencari penyewa.
Di Bali semua penyakit tiba-tiba hilang. Stress, jantungan, deg-degan, capek, sedih tak berlaku. Pulau ini memberi penyembuhan seketika dengan jiwa-jiwa spiritual yang disebar di setiap pura, rumah, mall, mobil sampai perempatan, lewat sesajian syukur. Bau khas surga.
Surga Dunia
Yang bilang surga dihuni 72 bidadari jelas tak pernah ke Bali. Ada jutaan bidadari yang selalu tersenyum menghilangkan segala penat dan stress. Itu belum pantainya. Belum sawah terasering yang tersusun rapi bak lukisan dewa dewi yang sedang melukis alam.
Tak heran turis mancanegara rebutan datang ke Bali yang disebut Negeri Nirwana. Semua cafe penuh. Orang berbelanja di jalan sepanjang Kuta, Seminyak, Sunset Road, Ubud hingga Gilimanuk dan Singaraja . Semua lokasi wisata ini dijejali pelancong.
Pasar-pasar penuh manusia berbagai bangsa dunia , tumplek bleg di sini. Untuk parkir atau naik mobil harus bersabar antrian karena penuhnya lalu lintas
Itu sebelum Virus Corona muncul Februari 2019. Perlahan semua kesibukan di Bali mulai lengang. Terlebih Covid19 dan variannya yang makin mengganas bulan Mei dan Juni 2021.
92% Toko Tutup
Bali kini senyap. Sepi. Padahal Bali tidak sedang Hari Nyepi. Hari-hari di Bali kini hari menyepi. Semua orang tepekur dalam-dalam di bumi.
Melihat deretan kios kosong sepanjang segitiga wisata emas Kuta- Seminyak-Legian, kita bisa membayangkan antrian pengangguran dimana-mana. Hanya 8% pemilik toko dan cafe buka.
Di pasar tradisional, beberapa penjual sedikit memaksa pengunjung untuk membeli dagangan mereka. Hal yang tak pernah mereka lakukan sebelumnya. Kebanyakan yang datang sekarang turis domestik.
Pantai Kuta lengang dan bersih. Tak biasanya begini. Penjual dan penyewa ban dan selancar tiduran sambil main hape menanyakan kapan corona usai.
Keranjang Kosong
Toko souvenir ternama Krisna yang biasanya berjubel, senyap. Begitu juga toko souvenir baru kelas premium Keranjang hanya dikunjungi enam orang. Toko souvenir Keranjang ini milik dua orang ternama; Batik Trisni ( Cirebon) dan penyanyi Melly Gouslaw. Toko Keranjang baru buka beberapa bulan sebelum corona datang Februari 2020.
Saya pengin ketemu keduanya namun pegawai bilang sedang tak berada di Bali. Saya hanya ingin mengatakan bahwa 80% konsep bisnisnya adalah apa yang pernah saya pikirkan. Sekarang sebagian diujudkan oleh Trisni dan Melly.
Masyarakat Bali sedang prihatin panjang dan diuji untuk mencari pekerjaan yang lebih pasti di saat pandemi. Beberapa warung makanan favorit tetap ramai. Bebek Bu Rima di jalan Raya Tuban, tempat duduk hanya tersisa dua orang. Semua penuh dengan jaga jarak antar kursi. Ini bebek bumbunya khas, yang hanya ada di Bali. Warung Babi Guling Sari Dewi Bp. Dob di Gopalan Nusa Dua, tetap ramai bukan kepalang.
Yang datang kebanyakan mobil nopol B, D, H bahkan L. Kuliner yang digemarai orang masih tetap dikunjungi, yang lain mencari sesuatu yang baru untuk keseharian mereka. Terasa berat memang.
Di pinggir pantai Cangu, beberapa bule masih asyik duduk sambail ngopi. Sesekali masker mereka dilepas kalau ada orang lewat. “ Di sini kami sedang mencari hawa baru, udara surga. Sayang harus ditutup masker”, ujar seorang bule mengaku asal Norwegia.
Berjalan sepanjang jalanan sepi di Bali, saya tetap memakai masker. Untuk kesehatan dan untuk menyembunyikan duka. Bali yang selama ini memberi nafas baru dan spiritual mendalam, sedang bersemedi. ( ms)