Ini kisah seorang Palestina, seorang Israel, Yahudi, Islam dan Kristen. Kalau anda pecinta perang, kisah berikut ini tak menarik. Sebab bagi seorang pecinta, satu-satunya yang tak disukai adalah perang
Ini kisah wanita Arab Islam dan Israel Yahudi.
Randa Aweis, seorang Palestina, tinggal di Yerusalem. Sudah 9 tahun ia sakit dan terbaring di sebuah rumah sakit. Ia memerlukan trasnplantasi ginjal. Tapi tak mudah memperolehnya. Sembilan tahun itu ia menderita lahir bathin.
Sampai suatu kali, ada pendonor yang rela memberikan dia ginjalnya. Selesai masalahnya ? Belum.
Pendonor itu namanya Yigal Yesoshua. Seorang pria Yahudi Israel berusia 56 tahun. Ia seorang aktivis persamaan hak dan toleransi. Ia rela memberikan organ apapun yang terjadi pada tubuhnya.
Kekacauan perang dan kekerasan yang menyatu dengan pemukiman rakyat seperti ini, setiap orang berpotensi meninggal terkena serpihan bom atau peluru nyasar.
Tak terkecuali bagi Yigal Yahudi. Ia aktif melakukan demo anti perang bersama warga Yahudi dan Arab lainnya. Dalam sebuah peristiwa kemanusiaan selama masa kekerasan, Yigal meninggal secara mengenaskan. Dilempari massa Arab yang amat membenci Yahudi saat ia berjuang untuk kedamaian.
Tepat di saat itu, kelompok Arab dan Yahudi melakukan kerusuhan di kota multi etnis di seluruh Israel setelah pecahnya kekerasan pada tanggal 10 Mei 2021 antara Israel- Hamas.
Kematian Yigal Yahudi, memberi harapan kehidupan baru bagi Awaeis Arab.
Di ranjang perawatan, Aweis yang beragama Islam, menangis mendengar pendonor ginjalnya meninggal. ia tahu perjuangan kemanusiaan Yigal Yahudi dan mendoakan Yigal langsung masuk surga seperti Yesus. “ Di sini, kita semua, Kristen, Islam dan Yahudi berjuang untuk perdamaian. Kami tidak membedakan agama. Kita semua menyadari benar bahwa kita adalah manusia”, ujarnya.
Aweis merasa berhutang nyawa pada keluarga Yahudi itu dan berharap bisa bertemu dengan keluarga Yigal. “ Mulai sekarang, keluarga Yahudi itu akan menjadi bagian dari keluarga saya”, paparnya.
Aweis berharap, kisahnya ini dapat menjadikan jembatan perdamaian bagi Israel-Palestina. “ Kisah kami adalah kisah damai. Tak ada perang. Tak ada kebencian yang tak ada manfaatnya bagi siapapun. Insya Allah akan ada perdamaian. “
Hal itu diucapkan Aweis bersamaan dengan dimulainya gencatan senjata setelah 11 hari yang penuh kekerasan.
Selain Aweis, masih ada 4 orang Arab Islam yang memperoleh transplansi dari organ Yigal yang sudah tiada. Ia berjuang untuk kemanusiaan, dan meninggal untuk kehidupan baru manusia.
Seperti sebuah keajaiban, di saat yang hampir sama, selang sejam, ada pemuda muslim Muhammad Mahamid ( 17 ), meninggal. Ia dari keluarga terkemuka yang memberikan organ tubuhnya untuk 5 orang Yahudi.
Muhammad terbunuh selama demonstrasi menentang perang Israel-Hamas. Sama seperti Yogal. “ Keluarga kami memberikan organ anak saya ini demi perdamaian dan kemanusiaan. Kami rela organ anak saya diberikan pada orang Yahudi demi kehidupan orang lain. Kami di sini sama. Yahudi dan Arab itu sama-sama manusia,” ujar Mahmud Mahamid, sang ayah.
Kisah-kisah seperti ini bertebaran di pinggir medan pertempuran. Cerita ini tak menarik ketika pecah perang, ketika berbagai pihak saling mendukung jagoan masing-masing. Siapa menang, siapa kalah.
Dalam cinta tak ada menang kalah. Hanya ada saling mengasihi. Seorang pembenci yang memiliki musuh, tak dibutuhkan. Apalagi mengajak perang…
28.05.21
( Diolah dari Chatolic News Service. Foto sebagai pemanis belaka biar kayak gula).