Seide.id – Merespons xenotransplantasi, terobosan penggunaan jantung babi yang dicangkokkan pada manusia yang telah dilakukan pada pasien David Bennett (57), pada Rabu (12/1/2022), berikut penjelasan dari Dokter Muhammad Mansoor.
“Sebagai muslim, kami mungkin memiliki kendala dengan babi. Tapi, untuk seluruh dunia, itu (babi) sudah umum dikonsumsi sebagai makanan,” ucap dr. Muhammad Mansoor, dalam sebuah wawancara November 2021, yang dikutip dari TRT World.
Sebelumnya, pada 2014, dia dan timnya di National Institute of Health (NIH) berhasil menempelkan hati babi ke beberapa babon. Salah satu hati berhasil bertahan selama hampir tiga tahun.
Kontraversi Cangkok Jantung Babi pada Manusia
Primata gorila merupakan kandidat paling ideal untuk organ donor. Secara genetik, mereka lebih dekat dengan manusia. Itu salah satu alasan kenapa tes xenotransplantasi paling canggih masih dilakukan pada monyet.
Masalahnya, babon, gorila, dan simpanse termasuk spesies yang terancam punah. Juga ada kekhawatiran bahwa beberapa virus zoonosis, seperti virus corona, dapat berpindah dari monyet ke manusia.
Babi kemudian menjadi hewan pilihan bagi penelitian karena berbagai alasan.
Rintangan besar yang harus diatasi adalah respons imun yang kuat, yang sering kali membuat tubuh manusia langsung menolak ketika bersentuhan dengan jaringan asing.
Tapi, sejauh ini, hasil xenotransplantasi memperlihatkan organ babi bisa “bekerja sama” dengan tubuh manusia.
“Kami telah sepenuhnya memetakan genom babi,” katanya, mengacu pada kumpulan informasi genetik yang membentuk dasar organisme hidup.
“Kami tahu bagaimana babi berbeda dari manusia dan perubahan apa yang diperlukan untuk membuat organnya dapat diterima di tubuh kita. Kami tidak tahu banyak tentang kambing atau sapi,” ujar Dokter Muhammad.
Respons dari DR Mohammed Ghaly
DR Mohammed Ghaly, profesor bidang Islam dan etika biomedis di Qatar’s Hamad Bin Khalifa University, ikut merespons kontroversi ini.
Menurutnya, pandangan utama para ulama adalah bahwa mungkin saja menggunakan bagian tubuh babi, selama kita tidak memiliki alternatif lain yang tersedia.
“Kami memiliki aturan Islam yang mengatakan sesuatu yang dilarang bisa menjadi diperbolehkan jika ada kebutuhan medis. Bagaimanapun, menyelamatkan nyawa manusia dipandang sebagai sikap yang sangat mulia dalam Islam,” katanya.
(ricke senduk)
Bagaimana tanggapan Pemuka Agama dan kalangan medis di Indonesia seperti : Habib Bakar bin Smith, Pdt Gilbert Lumoindong, Pdt Muriwali Yanto Matalu, Dokter Handrwawan Nadesul dan Psikolog Jesse Monintja ikuti di bawah ini:
Cangkok Jantung Babi: Tanggapan Pemuka Agama, Medis di Indonesia