Seide.id -Usaha Bapak lancar jaya, ya,” komentar seorang pelanggan lama, HD yang mampir ke toko pagi itu.
“Puji Tuhan,” jawab saya tersenyum renyah sambil melayani pembeli.
HD duduk di atas tumpukan karung.
“Masuk saja ke ruangan saya,” kata saya sambil membukakan pintu. Tugas saya lalu digantikan oleh anak.
“Betah di kampung, ya, Mang.”
“Iya, mondar mandir saja seperti gosokan,” selorohnya. Ia membuka tas, mengeluarkan kresek. “Mau bayar nota kemarin.” HD menaruh kresek itu di meja saya.
“Gimana usahanya…?”
“Beruntung, saya menerapkan saran Bapak. Jadinya saya tidak kalang kabut.”
“Terapkan ikat pinggang…?” gurau saya ketawa.
Tanpa diminta, HD yang memiliki usaha roti dan kerupuk itu langsung bercerita.
HD merasa beruntung, karena sejak memilah-milah harga pembelian barang dengan produksi harian secara disiplin ketat dan cermat itu, keuangan usaha jadi tertata rapi.
Caranya adalah menaikkan harga pembelian setiap barang yang ditagih dari agen ke perusahaan. Setiap hari ia juga mengumpulkan barang yang dibeli itu ke amplop-amplop agar memudahkan untuk membayar ke suplayer. Selanjutnya, selisih harga itu ditabung untuk perkuat modal, pengembangan usaha, mengantisipasi kenaikan harga, atau resesi seperti saat ini.
Ketika harga bahan-bahan roti atau kerupuk melonjak, HD menyiasati hal itu dengan mengurangi margin keuntungan. Caranya, tanpa harus mengecilkan produk atau kemasan, mengurangi bumbu atau berat timbangan barang yang dijual.
Kendati pada saat usaha melemah itu, kualitas barang yang dijualnya tetap terjaga. Sehingga tidak berdampak pada penjualan yang stabil, bahkan omsetnya meningkat.
“Yang utama itu kita pikir-dulukan kewajiban pada karyawan. Jika ada lebihnya, disyukuri. Alhamdulillah, omset penjualan kita stabil,” kata HD sumringah.
Prihatin dan mendisiplinkan diri untuk terapkan siasat berbisnis, semoga resesi pun lewat.
Mas Redjo/ Red-Joss
