Foto : Dok.Pribadi
Pengantar Singkat: Kata-kata mutiara dan nasihat bijak Jawa kuno dari para leluhur Jawa, adalah juga salah satu dari Falsafah hidup bangsa Indonesia yang begitu indah dan penuh dengan makna kehidupan yang mendalam. Semoga dapat menginspirasi Anda dalam menjalani kehidupan Anda sebagai manusia yang sedang selalu berusaha menuju ke arah yang lebih baik.
95. ORA ILOK (Tidak Elok)
Pepatah Jawa ini secara harfiah artinya: tidak baik, tidak etis atau tidak sopan.
Kata-kata untuk menegur atau melarang seseorang, ketika tengah berbuat buruk (tidak etis). ‘Ora ilok’ (tidak baik) membicarakan kejelekan orang.
Ketika seseorang mendengar umpatan yang tidak pada tempatnya, maka ia akan menegur orang itu dengan kata-kata, “ora ilok!”, atau tidak baik!
Kebiasaan buruk membicarakan kejelekan orang lain biasanya untuk menutupi kesalahan sendiri.
Di kalangan orang Jawa, para sesepuh atau penatua, orang dewasa sering memberikan contoh sederhana tapi mengena, yaitu dengan cara memerhatikan seorang yang menunjukkan jari telunjuknya kepada orang lain. Di situ sudah jelas, bahwa yang menunjuk pada sesama itu hanya 1 jari, yaitu jari telunjuknya sedangkan keempat jari lainnya menunjuk ke diri sendiri.
Hal ini bukti nyata yang mengajarkan kearifan lokal secara alami, bahwa, ketika seseorang menunjuk satu kesalahan pada orang lain, secara tidak sadar menunjukkan kesalahan sendiri yang lebih banyak.
96 . AJA NGUDHAL-UDHAL KEKURANGANING LIYAN ELINGA YEN SLIRAMU UGA NDUWENI KEKURANGAN (Jangan suka membongkar kekurangan orang lain, ingatlah jika kamu juga memiliki kekurangan)
Manusia diciptakan sempurna, dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Bagi orang Jawa, membicarakan kekurangan orang lain merupakan sebuah pantangan yang harus dihindari, karena tidak baik dan tidak etis.
Satu pesan moral yang baik, kita baru boleh membicarakannya asalkan tidak menunjang (menambah dan mengurangi).
97. ENAK ENGGRENG (Hanya Ingin Enaknya Sendiri)
Pepatah jawa ini secara harfiah berarti ingin enaknya sendiri. Sebenarnya pepatah ini oleh kalangan orang Jawa digunakan untuk menyindir orang yang tidak mau diajak bekerja sama atau gotong royong. Karena malas dan senang mencari enaknya sendiri tanpa mempedulikan jerih payah orang lain.
Orang yang demikian biasanya pandai mengambil perhatian orang yang memiliki posisi penggerak massa. Ia banyak bicara seolah-olah memberi informasi yang sesungguhnya. Tapi, itu semua dilakukan agar dirinya terhindar dari kerja bergotong-royong. Karena takut kotor, lelah, dan tanpa upah.
Di kalangan orang Jawa, orang yang memiliki sifat ‘enak enggreng’ seperti ini akan mendapatkan cibiran. Orang yang banyak membual umumnya tidak disukai. Hidupnya lebih banyak menyendiri, karena ia dijauhi oleh masyarakat di sekitarnya dari pergaulan sehari-hari.
Siapa pun akan menghindar untuk bertemu atau berjumpa dengan orang malas seperti ini.
/Gandhok Kidul, 30 September 2022
Tindakan Bijak yang Tercermin Melalui Pepatah Jawa (Bagian 28)