Bisnis Model dan Ekosistem

Mafia Tanah

ERIZELI JELY BANDARO

Anda tahu semua minuman mineral, kemasan plastik. Kalau harga minyak jatuh, pabrik air mineral untung besar dari kemasan. Karena harga nafta sabagai bahan baku biji plastik PP juga turun. Artinya produksinya air mineral tapi untung di kemasan. Lain halnya air mineral kemasan botol kaca, memang dapat untung dari airnya. Tentu itu kelas premium yang minum untuk sehat. Begitu juga pabrik rokok. Mereka dapat untung bukan dari rokok tetapi untung dari kemasan. Karena kemasan tidak kena cukai / pajak negara.

Bekakangan bisnis model terus berkembang pesat. Bukan hanya pada produksi barang tetapi juga jasa. Angkutan publik seperti kereta dan buss suttle di China dan Hongkong, bukanlah untung jualan tiket tetapi jualan jasa uang digital dan kawasan TOD. American Airline setelah restruktur bisnis, justru untung bukan dari jual ticket penumpang tetapi untung dari angkutan logistik dan ekosistem financial.

Itulah contoh penerapan bisnis model. Era modern sekarang, bisnis tidak lagi jualan seperti dagang sapi. Ukurannya berat. Tetapi menjual dengan dukungan value. Angkutan massal kalau mahal tidak akan efektif dan layak. Kalau murah, tidak untung. Tetapi dengan tiket murah, komunitas massal itu mendatangkan bisnis putaran uang digital. Itu mendatangkan fee tidak kecil. Jalur yang dilewati angkutan massal itu melahirkan bisnis TOD yang menghasilkan laba dan sustain.

Di negara maju, penerapan bisnis model dalam pembiayaan proyek dianggap sebagai sumber daya keuangan negara yang berkelanjutan. Karena ia menciptakan ekosistem bisnis dan iklusif. Tapi di Indonesia, bisnis model sulit diterapkan secara utuh karena adanya bisnis rente.

Contoh. MRT dan LRT, Pengelola hanya dapat untung secuil dari tiket, sementara putaran uang digital akibat MRT/ LRT dinikmati bank. Kereta Cepat Jakarta Bandung, yang menikmati bisnis TOD adalah developer mafia tanah. Akibatnya, bisnis model sebagai sumber daya keuangan negara tak bisa diterapkan. Semua akhirnya tergantung APBN lewat hutang dan penjaminan. Dan akhirnya publik dikorbankan.

OPINI LAIN:

Mafia Lahan di Kereta Cepat Jakarta-Bandung

BUMN Tidak Patuh Pada Presiden Soal KA Cepat

Avatar photo

About Erizeli Jely Bandaro

Penulis, Pengusaha dan Konsultan