Buku Buku yang Mengubah Kesan

Buku Doni Monardo

MENYIMAK cerita sepak terjangnya di lapangan, sebagaimana tertuang di buku ini, saya langsung mengkeret. Fisik saya tak sanggup mengikutinya. Berhari hari di lokasi bencana, berhari hari tak mandi, kepanasan, kehujanan, naik turun gunung, menyeberang sungai besar dengan perahu kecil, dalam situasi genting, melihat langsung lokasi bencana, dan bertemu dengan korbannya lalu menyelesaikan masalah mereka, sebagai tumpuhan akhir – rasanya saya tak sanggup.

Tak diragukan bahwa kehadiran Egy Masadiah bukan hanya tenaga ahli staf khusus atau apalah, melainkan juga jurnalis dan pencatat sejarah. Dan dia juga wartawan perang. Perang melawan bencana baik yang nampak seperti bencana alam, maupun bencana penyakit, seperti Covid 19 yang berlangsung global itu. Maupun bencana tak kasat mata, melawan virus.

Letjen TNI Doni Monardo mendampingi Jatim Khofifah Indar Parawansa  di lokasi bencana di kabupaten Malang. (dok BNPB)

Sebagai penulis, jurnalis, juru catat peristiwa, Egy Massadiah telah bekerja dengan baik dan menunjukkan peran pentingnya. Tak cuma data dan fakta, tapi juga kesan langsung dari lapangan yang dia saksikan dan alami sendiri, sebagai saksi kejadian dan peristiwa yang mensejarah.

HAL MENYEDIHKAN, usai menuntaskan tugasnya selaku Kepala BNPB periode 2019-2021 Letjen TNI (Purn) Doni Monardo pergi selamanya, di Rumah Sakit Siloam, Semanggi, Jakarta, Minggu (3/12/2023), setelah menjalani perawatan sejak sebulan sebelumnya. Mantan Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Danjen Kopassus (2014-15), Komandan Paspampres (2012-2014) itu meninggalkan dunia.

Akan tetapi dia telah mewariskan catatan sepak terjang dan peperangannya melawan berbagai bencana, utamanya pandemi Covid 19, yang akan abadi. Sepak terjangnya telah diabadikan oleh “jurnalis cum teaterawan”, anak buah seniman Putu Wijaya, Egy Massadiah.

Semoga tokoh tokoh perubahan dan mereka yang ada dalam pusaran sejarah memiliki jurnalis pendamping seperti Egy Massadiah. Menjadi juru catat kejadian dan peristiwa lalu menulisnya.

Semoga tokoh lain menggunakan kepiawaiannya menulis perubahan sejarah di negara ini. Amin. ***

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.