Catatan Anita Martha Hutagalung
HARI KE-23.
Aku terbangun pagi pukul 05.00 WIB. Pukul 05.20, saat mau senam PSG, eh, tiba-tiba hujan deras turun. Jadi urunglah senam itu.
Pukul 06.30, TIM 11 sudah selesai berkemas-kemas. “Kita nanti sarapan diluar aja. Jangan nyusahin tuan rumah. Kita sudah bersyukur bisa dikasi numpang tidur,” kata Ito Togu.
Saat mau pamit, kami tak melihat amang Samosir. Yang ada hanya inang Boru Tanjung dan anaknya. Katanya amang Samosir sudah keluar. Sebelum meninggalkan rumah mereka, kami foto bersama sebagai kenangan.
Pagi-pagi menyusuri jalan sambil cari sarapan. Tak ada yang jualan, wei. Nggak kayak di tempat Oni di Binjai, tiap sudut, tiap gang ada yang jual makanan. Akhirnya ketemu warung yang jualan kopi dan mie instan. TIM 11 sarapan itu semua, karena cuma itu yang ada. Kecuali Oni, tetap sarapan 3 telur yang direbus 7 menit.
Selesai sarapan, tiba-tiba amang Samosir muncul. Ternyata, beliau nggak keliatan tadi katanya sibuk mau cari pecal buat sarapan kami. Oalah. Ya sudahlah, kami ajak aja foto bersama, sekalian kami pamit lanjut lagi jalan kaki. Amang Samosir menyalamkan uang buat kami sebagai pengganti sarapan. Duh… terharu kali kurasa melihat ketulusannya.
Oni, Ito Togu, Jevri lanjut lagi berjalan kaki. Berkilo-kilometer pemandangan hanya semak dan kebun sawit. Oni dan kawan-kawan berhenti di sebuah warung yang menjual air tebu. Tebunya diambil dari kebun belakang rumahnya, dikupas dan digiling langsung. Suegeerr…!
Lanjut lagi jalan kaki, sampai waktunya makan siang. Kami mampir di warung yang punya pondok buat lesehan. Penting buat Oni selonjoran kaki.
Tak berselang lama, ada mobil datang, Seorang perempuan turun, langsung menemui Oni. Beliau membawa 2 dus susu beruang dan pisang. Boru Simanjuntak ini selalu aktif komen di postingan maupun tayangan live TIM 11. Dia hapal betul tentang Oni dari membaca postingan. Dia tahu ketika Oni liburan sendiri ke Bali. Dia bahkan tahu pintu pagar rumah Oni hilang dicuri maling, Artinya dia selalu mengikuti setiap postingan Oni.
Akhirnya Oni mengkonfirmasi permintaan pertemanan dari Marisi Simanjuntak. Dia sebenarnya dari Medan mau ke Palembang. Karena menonton live, dia tahu keberadaan TIM 11 dan mampir. Dia juga yang membayar makan siang kami. Sungguh luar biasa.
Perjalanan berikutnya, di simpang Desa Sukajadi, kami disambut AMAN Orang Rimba, Sorolangun, yang dipimpin ibu Nyai Zuhriah dan Jenang Mustofah. Jenang itu bukan dodol ya wei. Jenang itu jabatan adat sebagai penghubung masyarakat adat Orang Rimba dengan orang luar. Ibu Zuhriah istri tokoh masyarakat adat Jambi yang ikut mendirikan AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara).
Pengurus AMAN Orang Rimba ini menepung tawari kami. Menaburkan beras kunyit dan mengoleskan tepung tawar, yang maknanya harapan dan doa untuk keselamatan tamu yang datang. Ya, semacam beras si pir ni tondi lah kalau dalam adat orang Batak.
Closing perjalanan hari ini berakhir di Soralangun. Kami dijamu di rumah anggota DPRD Sarolangun R. Pasaribu/Boru Haloho, yang juga pemilik Apotek Maranatha. Dan malam ini kami menginap di sini.
Oni dan Agustina Pandiangan menyempatkan diri untuk mencuci pakaian kotor, lalu mandi dan makan bersama. Sehabis makan ada yang kasih mpek-mpek sama Oni. Lalu ada lagi yang kasih kerupuk udang, minyak biawak, dan duit buat beli air mineral.
Tak putus-putusnya kebaikan menghampiri kami. Setiap hari. Artinya, mendukung TUTUP TPL. Oni emang kek gitu orangnya. *