Saham, ekuitas menjadi bernilai ketika di sana ada kepastian sejumlah uang yang bebas dari hutang piutang maupun akal-akalan perusahaan. Jika tak waspada, nilainya bisa nol.
ConsenSys, perusahaan yang berbasis di Brooklyn, telah mengembangkan produk di Ethereum, berhasil mengumpulkan $726.7 juta dari investor dengan penilaian lebih dari $7 miliar ( Rp 105 triliun).
Sebagai penghargaan atas kemajuan ini, konon, mereka memberikan saham dalam bentuk ekuitas kepada 27 karyawan yang dianggap ikut berprestasi sejak awal. Sorak-sorai bergemuruh saat karyawan memperoleh penghargaan yang luar biasa ini. Artinya mereka bisa memiliki sebagian kekayaan atau keuntungan perusahaan.
Ekuitas adalah jumlah uang yang akan dikembalikan kepada pemegang saham suatu perusahaan, jika seluruh aset perusahaan dicairkan dan seluruh hutang perusahaan dibayar.
Tahun berlalu, ketika karyawan mempertanyakan soal ekuitas, jawaban perusahaan tidak memuaskan. Alih-alih memiliki ekuitas, mereka kini memegang “kertas yang hampir tidak berharga” alias kertas kosong. Harapan mereka untuk ikut serta dalam kesuksesan ConsenSys dirampas perusahaan. Itu kata mereka.
Mantan Karyawan ConsenSys AG kemudian membawa kasus ini ke pengadilan dengan tertuduh utama, Joseph Lubin, pendiri ConcenSys AG ke AS. Ke-27 orang tersebut menuduh Lubin merampok ekuitas mereka di perusahaan Swiss dengan cara mentransfer aset inti ke entitas AS.
Pertarungan hukum di Swiss antara mantan karyawan ConsenSys AG dan pendirinya, Joseph Lubin, akhirnya telah sampai ke AS.
Ke 27 mantan karyawan yang bergabung dengan perusahaan pada masa-masa awal berdirinya mengklaim bahwa mereka kehilangan ekuitas mereka setelah Lubin, dengan bantuan JPMorgan, melakukan serangkaian manuver perusahaan dengan mentransfer aset inti dari inkarnasi asli perusahaan di Swiss ke perusahaan Amerika yang dibentuk pada tahun 2020. Inilah gugatan karyawan yang diajukan di Mahkamah Agung Negara Bagian New York pada hari Kamis.
Pengajuan tersebut menuduh Lubin, salah satu pendiri blockchain Ethereum, mencabut aset utamanya ConsenSys AG, juga dikenal sebagai Mesh, – termasuk penyedia dompet kripto MetaMask – dan mentransfernya ke ConsenSys Software Inc. tanpa membawa mantan karyawan sebagai pemegang saham.
Bocoran pengadilan adalah, mengabulkan permintaan karyawan untuk melakukan audit terhadap ConsenSys
“Lubin berjanji bahwa karyawan awal ini akan menerima ekuitas di ConsenSys,” demikian isi pengajuan tersebut. “Kemudian dia mengingkari janjinya. Dalam prosesnya, dia melanggar komitmen dan kewajiban hukumnya. Sementara Lubin menjadi kaya, Penggugat tidak mendapat apa-apa,” komentar karyawan.
Namun ConsenSys yang berbasis di AS menampik tuduhan tersebut.
“Setelah dua tahun tidak menghasilkan apa-apa mereka kini melakukan klaim sembrono mereka terhadap ConsenSys Mesh di pengadilan Swiss. Penggugat percaya bahwa klaim mereka yang tidak berdasar memiliki peluang lebih besar untuk menghasilkan pembayaran jika mereka mempermainkan pengadilan AS , ” kilah juru bicara perusahaan, sseperti biasanya. Mereka bahkan tidak mengakui 27 karyawan itu pernah bekerja.
JPMorgan, Mastercard dan UBS termasuk di antara investor dalam putaran pendanaan $65 juta yang diselesaikan pada April 2021. Putaran terbaru pada bulan Maret berjumlah $450 juta dari investor termasuk ParaFi Capital, SoftBank, Temasek dan Microsoft, sehingga memberikan penilaian perusahaan lebih dari $7 miliar alias Rp 105 triliun.
Ini kasus rumit bin pelik karena melibatkan perusahan raksasa. Untuk menang perlu bukti kuat dan penasihat hukum yang cerdas.
Jam 11:00 ini >> Gibran Adalah Judi Politik Untuk Indonesia
Paloh Koreksi Ucapan Akan Bubarkan Nasdem jika Kader Korupsi
Diramaikan Jadi Cawapres Partai Lain, Gibran: Saya Masih Disini