MENULIS ITU ASYIK (2)
OLEH BELINDA GUNAWAN
Aku dan rekanku mendapat tugas kantor mengantar serombongan pemenang kuis majalah Gadis/femina piknik ke Singapura. Hari itu kami mengunjungi Haw Par Villa yang juga disebut Tiger Balm Garden. Senang, tentu saja, juga geli melihat “surga” dan “neraka” digambarkan dalam adegan-adegan yang sangat harafiah.
Aku masih ibu muda dengan dua anak yang kecil-kecil. Ketika melepasku di bandara Halim Perdanakusumah (waktu itu kalau ada yang ke luar negeri, seluruh keluarga ikut mengantar) anakku yang batita menangis kejer ingin ikut mamanya.
Mengingat itu tentu aku kangen pada kedua anakku. Aku membayangkan mereka ada di dekatku, lalu kami berjalan menjauhi adegan-adegan yang sulit dijelaskan itu dan menikmati bagian-bagian taman yang lebih cocok untuk anak kecil. Aku merasa, kalau ibunya ada di suatu tempat, bersenang-senang pula, mereka pun seharusnya ada di sana. Tahu-tahu pipiku basah.
Aku terbawa perasaan yang sentimental, memang. Tapi bisa dipahami sebab aku seorang ibu.
Hei, kenapa dulu tidak kukembangkan pengalaman ini menjadi sebuah cerpen? Padahal bukankah pengalaman sendiri adalah embrio yang sangat baik untuk sebuah cerpen?
Seringkali orang ingin menulis sesuatu tetapi terhambat sebab tidak ada ide. Padahal ide bisa datang dari mana saja. Dengan kata lain, ada banyak tempat untuk menemukan ide. Bisa berita hari ini, bisa laporan perjalanan atau wisata, bisa pengalaman sesorang yang menyenangkan atau sebaliknya, penuh duka nestapa. Bisa apa saja.
Kalian jangan seperti aku (dulu). Bebaskan diri untuk menulis.