Ricke Senduk
Seide — Dianggap kebanyakan tampil di medsos jadi salah satu penyebab nama Ganjar Pranowo dicoret dari daftar undangan dalam acara PDIP yang dihadiri Puan Maharani dan seluruh kepala daerah kader Jateng.
Ganjar disebut sudah kelewatan. Walau pinter, jangan sok pinter.
Jadi host pada akun Youtubenya dan kerapnya tampil di medsos ‘ditangkap’ sebagai Ganjar sedang ‘racing’ untuk menaikan elektabilitas karena berambisi maju pada Capres 2024.
Soal media sosial ini juga disampaikan langsung oleh Puan saat memberikan pengarahan untuk memenangkan Pemilu 2024.
Katanya, PDIP membutuhkan pemimpin yang dilihat sama teman teman dan orang yang mendukungnya ada di lapangan, bukan di media sosial.
“Pemimpin menurut saya, itu adalah pemimpin yang memang ada di lapangan dan bukan di sosmed,” ujar Puan. Detik.com 24/5/2021
Pencoretan Ganjar bikin riuh..
Bahwa pemimpin harus terlihat kerjanya dilapangan, memang betul.
Tapi jangan lupa..
Pemimpin juga bisa bekerja dengan mempelajari suara yang ada di media sosial.
Seharusnya mereka yang menyebut diri pemimpin masyarakat menyadari, jaman sudah berbeda. Ini bukan lagi era di mana antara masyarakat dan para pemimpin ada jarak yang memisahkan.
Itu era ‘kuda gigit batu.’
Masyarakat menolak jarak itu karena ini era media sosial.
Adanya media sosial membuat masyarakat bisa menyampaikan langsung, mengadu, apa yang sedang terjadi pada mereka bahkan mengumpat tanpa ada yang menghalangi lagi..
Dari hal dan aduan semacam ini pemimpin bisa mengambil tindakan termasuk mengkoreksi kinerja jajarannya.
Lucu saja kalau ada pemimpin yang sering tampil di media sosial yang merupakan penghubung dirinya dengan masyarakat lantas namanya dicoret dan dikucilkan karena dianggap berambisi untuk nyapres.
Masyarakat juga tidak bodoh bodoh banget..
Mau setiap hari pemimpin itu muncul di media sosial tapi kalau kerjanya tidak benar, hanya omong besar tanpa bukti dan korupsi sana sini, tidak semudah itu ia bisa melangkah ke pemilihan. Akan ada perlawanan karena masyarakat juga belajar dari kejadian kejadian sebelumnya.
Apalagi Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapillu) PDIP Bambang Wuryanto pernah mengatakan,
pertempuran Pilpres 2024 belum dimulai. Elektabilitas yang tinggi tersebut juga tidak menjadi jaminan memperoleh rekomendasi PDI Perjuangan untuk maju Pilpres 2024.
Artinya, sekali pun Ganjar Pranowo adalah salah satu kader terbaik PDIP, figur milenial yang dikenal bersih dan mampu bekerja, tanpa persetujuan PDIP ia tidak bisa melangkah ke Pilpres 2024. Lantas di mana masalahnya sehingga dianggap kelewatan?
Mau Ganjar disebut punya tim di medsos, memangnya pemimpin masyarakat yang lain tidak punya?
Kenapa itu yang harus dilihat?
Kenapa tidak melihat bahwa masyarakat butuh pemimpin yang bisa berkomunikasi bahkan bisa ‘mengumpati’ mereka jika kinerjanya tidak benar tanpa perlu membatasi mereka untuk tampil ?
Atau barangkali seperti diucap Ketua DPC -PDIP Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, CNNIndonesia, 24/5/2021,
“Enggak perlu begitu [tidak mengundang Ganjar]. Harus dewasa berpolitik lah..”
Inggih, ngegowes kog dadi rame ya?
Dibilang sudah kelewatan pula..