Generasi Tua Ibarat Ayam Kampung, Generasi Muda Ibarat Ayam Negeri

Maaf, bukan maksud saya untuk membandingkan atau hantam kromo alias menyama-ratakan perbedaan antara generasi tua dan muda. Pandangan saya itu tidak semua benar dan akurat, tapi hanya sebatas asumsi dan mohon dimaklumi.

Melihat orangtua jaman now, saya seperti kehilangan diri sendiri. Saya mencoba menemukan jejak hidup saya, menelusurinya dengan mengamati dan bertanya-jawab, tapi seperti sia-sia ditelan era digitalisasi.

Serba kemudahan telah mengubah zaman, peradaban, pemikiran, bahkan mampu melepas ikatan tali silaturahmi. Berjuta orang disibuki dengan hapenya sendiri.

Begitu pula saat saya mudik, tinggal di suatu kampung kota kecil. Ketika bangun subuh untuk mengikuti misa (ibadah) pagi. Tak terdengar lagi bunyi kelutekan tetangga orang yang tengah memasak atau mencuci piring. Alat-alat elektronika memberi gaya hidup semakin mudah dan praktis.

Padahal, tanda kehidupan itu berdenyut ketika terdengar bunyi kelutekan dari dalam rumah, ditingkahi kokok ayam, dan celoteh burung. Dan semarak pagi mengalir penuh sukacita.

Disiplin dan kebiasaan bangun pagi adalah denyut kehidupan yang terpatri dalam jiwa ini. Jika boleh diibaratkan, hidup generasi saya mirip ayam kampung. Ketika banyak orang masih terlelap tidur, saya bangun untuk bekerja. Eker-eker layaknya ayam kampung. Kebiasaan yang membentuk jiwa saya sebagai maniak kerja.

Bagaimana tidak. Sejak pagi masih gelap, ayam kampung turun dari atas pohon yang menjadi sarangnya dan pulang menjelang magrib. Tak peduli angin dingin atau hujan, ia bertahan di rimbunan dedaunan.

Semangat ayam kampung bereker-eker mencari makan itu yang saya adobsi dalam bekerja. Tidak mudah putus asa, mengeluh, dan phisiknya kuat menahan cuaca.

Berbeda dengan ayam negeri yang hidupnya dipenuhi kemudahan. Kadangnya yang hangat, tidurnya diselimuti, hingga makanan yang disiapkan. Bekerja hanya untuk digemukkan dan bertelor.

Begitulah generasi muda jaman now. Hidup pengin serba difasilitasi. Serba kemudahan dalam bekerja agar konon mereka semakin produktif. Meski, kenyataan tidak sedikit dari mereka yang tidak tahan banting, uji, dan mudah menyerah.

Alangkah dahsyatnya, jika generasi muda mau rendah hati untuk menimba semangat juang ayam kampung dalam bereker-eker bekerja dan mencari rejeki.

Semangat pantang menyerah agar hidup menjadi berkah.

Semoga rahmat Allah memampukan kita berubah demi masa depan yang semakin cerah. (MR)

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang