Publik dikejutkan dengan munculnya sosok Gibran sebagai calon wakil presiden pilihan Parabowo, setelah MA meloloskan syarat pemilu adalah usia 40 tahun dan pernah berpengalaman di pemerintahan. Ini sebuah skenario untuk menaikkan Gibran. Tapi apakah anak cengengesan ini bisa lolos ke istana ?
Siapa Gibran ?
Secara pribadi, saya tidak mengenal, meski sama-sama berasal dari Solo. Saya hanya pernah bertemu di Kantot Walikota Solo, saat ayahnya Joko Widodo menjadi Walikota Solo. Saya diminta Mas Joko Setijowarno ( pengamat transportasi) untuk membantu pak Jokowi mengusahakan sepeda gratis yang bisa dipakai warga Solo agar jika ke kantor tak perlu naik motor atau mobil.
Jalan Slamet Riyadi mestinya bisa bersih dari asap knalpot. Tapi walikota tak punya uang untuk pengadaan sepeda banyak dan mahal. Itu inti pembicaraan kami. Saya bersalaman dengan pak Jokowi untuk kerjasama dengan mencarikan sponsor. Saat makan itulah, Gibran muncul menyajikan masakan buatannya. Anaknya sopan.
Sekian tahun kemudian, muncul kabar, anak Pak Jokowi ini kemudian berhasil menjadi walikota- seperti bapaknya- setelah sukses di berbagai bisnis.
Kemajuan Solo terasa ketika Jokowi memimpin Solo yang dilanjutkan Gibran menjadi walikota Solo. Ide-ide keluarga ini cerdas. Banyak terobosan yang dibuat. Terutama menjadi penyambung silaturahmi antar agama yang aman-aman saja di bawah Gibran.
Latar belakang anak ini juga lumayan. Gibran Rakabuming Raka selain pengusasha, pejabat dan kini politisi, menjabat sebagai Wali Kota Surakarta pada 26 Februari 2021. Ia putra sulung Joko Widodo. Gibran merintis bisnisnya dengan membuka usaha katering yang diberi nama Chilli Pari yang pernah disajikan ke saya waktu itu.
Pendidikan Gibran, kelahiran 1 Oktober 1987, adalah Management Development Institute of Singapore, Universitas Teknokogi Sydney, cukup menjadikan anak Lulusan SMP Negeri 1 Solo ini memiliki pengetahuan di masyarakat. Apalagi ia menguasai Solo.
Hanya, Solo itu 46,72 Km dengan jumlah penduduk hanya setengah juta. Tepatnya 523.008. Luas Indonesia 1,950,000 KM2 dengan penduduk nantinya 300 juta. Sekian ratus kali lipat dari Solo. Termasuk persoalannya. Di Solo tidak ada konflik politik penting. Yang ada konflik sosial. Di Indonesia, hampir semua konflik berbau uang busuk dan keserakahan.
Nah, ini persoalannya. Ketika Gibran sekarang digadang-gadang sebagai calon wakil Presiden versi Prabowo, maka ini adalah judi politik yang penuh risiko.
Gibran cukup polos. Ia bisa terjebak dalam pusaran politik kotor di pemerintahan, jika ia benar menjadi wapres RI. Ia akan mudah diayun-ayun untuk mengikuti perintah atau gonggongan sekelompok mayoritas atau pengusaha dan penguasa untuk melakukan sesuatu yang sama sekali jauh dari kepentingan Indonesia.
Prabowo yang sekedar “ ingin berkuasa” seperti pernyataannya, akan terlena keenakan untuk memikirkan seluruh hal yang diperlukan di republik ini. Gibrab, meski diarahkan oleh ayahandanya yang sudah paham benar permainan politii tingkat atas, tidak serta merta lolos dari setiap jebakan batman para politisi. Terlebih omongan Gibran yang tak memiliki filter. Ia bisa dihujat bahkan “ didemo” setiap jam oleh berbagai warga bayaran, dengan berbagai cara.
Maka, pilihan menjadikan Gibran sebagai cawapres untuk Indonesia adalah judi politik berisiko. Terlebih jika nanti Prabowo yang mabuk kekuasaan sakit-sakitan dan Gibran akan tampil menjadi nomor satu.
Situasi ini seperti Prabowo memanfaatkan dukungan Jokowi melalui Gibran. Jokowi memanfaatkan Prabowo melalui Gibran. Jika Prabowo sadar, Jokowi sadar, mestinya lebih baik menjodohkan Prabowo dngan Erick Tohir yang sudah dewasa, berpengalaman dan memiliki rating cemerlang.
Soal Gibran, anak polos ini mesti besabar dulu menunggu pemilihan berikutnya. Tetapi, jika Gibran nekad diusung sebagai cawapres dan berhasil, saya ikut senang munculnya sosok segar dalam pemerintahan Indonesia.
Semoga negeri ini selamat dari upaya kepentingan sesaat mereka yang sesat.
Nafsu Berkuasa dan Politik Baper
Diramaikan Jadi Cawapres Partai Lain, Gibran: Saya Masih Disini