Hangat, Bermanfaat, tetapi Jangan Asal Campur!

Seide.id – Beruntunglah kita, Bumi Indonesia memiliki keanekaragaman hayati. Di Tanah Air setidaknya ada lebih dari puluhan ribu jenis tumbuhan. Diperkirakan, 1.200 dari semua itu merupakan tanaman obat.

Setidaknya ada 220 obat tradisional yang selama ini dipercaya mampu meningkatkan stamina tubuh. Obat-obatan ini diyakini mengandung bahan atau zat tertentu dari tumbuh-tumbuhan, yang disebut sebagai afrodisiak.

Sayangnya, khasiat dan kegunaannya masih berdasarkan kepercayaan dan pengalaman secara turun-temurun. Cara kerjanya belum dapat dirinci secara pasti–secara hormonal atau nonhormonal. Inilah yang masih terus dikaji oleh para ahli.

Tumbuhan yang dikenal sebagai afrodisiak antara lain ginseng (Panax ginseng), yang berasal dari Korea, dan pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.), yang banyak dijumpai di Amuntai, Kalimantan Selatan.

Di Pegunungan Dieng, Jawa Tengah, ada purwaceng (Pimpinella pruacen). Secara turun-temurun tanaman tersebut digunakan masyarakat setempat untuk menghangatkan tubuh saat udara dingin sekaligus meningkatkan stamina tubuh dan gairah seksual.

Tumbuhan-tumbuhann lain yang juga disebut secara empiris sebagai afrodisiak antara lain akar Pimpinella alpina Molk atau antanan gunung, daun dan kulit bakau (Avicennia officinalis Linn.), umbi bawang putih (Allium sativum L.), cabe merah (Capsicum annum L.), cabe Jawa (Piper retrofractum), cabe rawit (Capsicum frutesens L.), rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.), akar kayu rapat (Parameria leavigata Juss.), kulit akar kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), daun kumis kucing (Orthosphonis stamineus Benth), biji lada (Piper nigrum L.), buah pala (Myristicae fragran Houtt.), daun sembung (Blumea balsamifera DC.), akar sereh (Cympogon citratus DC. Staf.), daun sirih (Piper betle L.), dan rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.).

Untuk beberapa tumbuhan telah dibuatkan standarisasi berdasarkan penelitian dan uji klinis.

Dalam dosis tertentu, tanaman-tanaman itu terbukti dapat meningkatkan stamina dan memperbaiki sel-sel di daerah penis hewan yang dijadikan penelitian. Contohnya, Panax ginseng, Siberian ginseng, dan Corynanthe Yohimbe.

Jangan terjebak mitos
Kendati begitu, kita diingatkan untuk tidak mudah terjebak pada mitos-mitos bombastis mengenai obat-obatan tradisional dan masalah seksual.

Contohnya, makan sate pelor kambing atau tangkur buaya. Itu cuma mitos. Sama sekali tak benar bahwa makanan-makanan tersebut secara cespleng dapat meningkatkan kemampuan ereksi.

Apalagi, selama ini orang selalu mengaitkan binatang-binatang perkasa dengan kekuatan seksual.

Orang pun kerap terjebak dengan menganggap obat-obatan tradisional yang mengandung afrodisiak pasti dapat meningkatkan gairah seksual sekaligus mengobati gangguan seksual, impotensi misalnya.

Padahal, berdasarkan beberapa penelitian, ternyata tidak semua obat tradisional sebagai afrodisiak berkhasiat mengatasi gangguan seksual. Yang terbukti hanya meningkatkan stamina tubuh karena melancarkan sirkulasi darah.

Ginkobiloba, contohnya, terbukti meningkatkan sirkulasi darah pada mereka yang mengalami gangguan vertigo. Namun, tumbuhan itu belum terbukti mampu meningkatkan kemampuan seksual.

Jadi, manfaatnya yang tak langsung adalah, karena dengan stamina terjaga, seseorang akan lebih sehat. Dengan demikian, organ-organ tubuh dan organ seksualnya akan berfungsi lebih baik.

Jangan dicampur sembarangan
Yang juga harus diwaspadai, jangan sekalipun mencampur-aduk penggunaan obat-obatan yang bersifat afrodisiak dengan bahan perangsang lain.

Contohnya, dengan kafein yang justru bisa membahayakan penderita penyakit tertentu.

Viagra, yang banyak dijagokan, contoh lainnya. Obat tersebut justru bisa berakibat fatal bila digunakan bersamaan dengan obat-obatan untuk penyakit jantung dan hipertensi.

Perlu diingat, gangguan seksual bermacam-macam penyebabnya. Dengan demikian, pengobatannya juga harus sesuai dengan penyebabnya.

Tak perlu pula langsung tergiur oleh iklan-iklan menyesatkan yang jelas-jelas mustahil. Memanjangkan dan memperbesar ukuran penis, misalnya.

Selewat masa puber pria, ukuran penis pada dasarnya tak bisa lagi “diutak-atik”.
(Puspayanti, kontributor)