Hipertensi – Garam – Transfat Menyumbangkan 94 Juta Orang Mati Muda (Havard Study)

Seide.id – Tahun 2008 ada Sydney Resolution yang menyerukan agar dunia berubah, dan orang juga harus berubah dalam gaya hidup untuk mencegah proyeksi 10 tahun kemudian, yakni 2018 kemarin, 388 juta orang di dunia bisa batal mati muda atau premature death hanya karena salah memilih gaya hidup.

Laporan Harvard kemudian, 94 juta orang bisa diselamatkan dari risiko mati muda apabila tensi darah dikendalikan, asupan garam dapur dibatasi, dan tidak mengonsumsi minyak trans.

Dalam setiap seminar saya tidak lupa mengingatkan, bahwa nasib kesehatan kita sebetulnya ada di tangan kita masing-masing. Apa pilihan makan kita, pilihan kegiatan harian kita, dan bagaimana kita melakoni hidup. Untuk itu perlu banyak informasi medis yang menjadikan gaya hidup kita dibangun secara baik dan benar.

Kebanyakan dari penyakit sekarang muncul lantaran kita salah memilih gaya hidup, boleh jadi karena ketidaktahuan, atau sudah tahu tapi tidak mau melakoni bagaimana hidup sehat perlu dilakukan. Sejatinya hanya sepuluh persen penyakit sebab faktor genetik. Selebihnya sebab salah memilih gaya hidup.

Itu maka, kematian orang sekarang 95 persen disebabkan oleh penyakit, hanya 5 persen sebab mati tua, mati yang alami. Mestinya kalau saja semua orang melakoni hidup sehat, 95 persen kematian berlangsung alami, dan hanya 5 persen saja mati sebab penyakit. Untuk alasan itulah maka informasi bagaimana hidup sehat perlu dibagikan kepada semua orang, bukan saja supaya masyarakat dunia lebih sehat, tapi ongkos berobat bisa ditekan menjadi zero. Yang terjadi BPJS tekor puluhan triliun rupiah, karena sebagian besar masyarakat sudah telanjur sakit.

Hipertensi muncul lebih sebab gaya hidup ketimbang turunan. Kegemukan, kurang gerak, kelebihan asupan garam dapur, pemicunya. Maka dengan mengubah gaya hidup mestinya tensi dapat diatasi tanpa harus perlu minum obat bila memang bukan turunan penyebabnya. Hipertensi menyumbang banyak kematian prematur.

Industri makanan dunia memanfaatkan semakin banyak bahan kimia baru. Bahan kimia apa pun, asing bagi sel tubuh, maka mengganggu metabolisme tubuh. Dari situ penyakit bermunculan. Termasuk pemakaian transfat atau lemak trans, yang sudah diserukan WHO agar tidak digunakan lagi.

Semua penganan jajanan memakai lemak jenis ini, lemak yang tidak menyehatkan. Industri biskuit, pizza, dan banyak lagi penganan yang memakai margarin, menambah asupan lemak jenis ini. Kita melupakan minyak kelapa, kendati ia tergolong sama-sama lemak jenuh, namun masih lebih menyehatkan dibanding lemak trans karena kandungan asam laurat (lauric acid) yang dimilikinya, jenis asam lemak esensial yang tubuh butuhkan, karena rantainya tergolong rantai menengah, dibanding lemak jenuh yang berantai panjang.

Banyak cara untuk menghindar dari kemungkinan jatuh sakit, utamanya mengubah gaya hidup, termasuk pilihan makanan dan minuman, upaya mencegah kanker, dan bagaimana lebih mengawetkan sel-sel tubuh lebih tidak lekas rusak.

Umur sel tubuh semakin lekas aus dan rusak kalau DNA repair dalam tubuh berkurang. Perlu enzim yang menggiatkan kemampuan tubuh sendiri mereparasi sel. Hal lain bahwa menuanya sel tubuh akibat proses peradangan menyeluruh dalam tubuh oleh kemunculan zat inflamasom seiring dengan bertambahnya umur. Peradangan menyeluruh ini yang bikin kita lekas menua, dan kejadian ini bisa disiasati dengan zat yang melawan peradangan. Golongan kunyit-temulawak punya zat antiradang curcuminic. Dan selain itu, temuan terakhir dari peraih Nobel Kedokteran 2018: bahwa kanker dapat diatasi dengan meningkatkan kekebalan tubuh. Sistem imun tubuh ditingkatkan untuk mampu melawan sel kanker, dan ada harapan chemotherapy bisa ditinggalkan.

Kita tahu, dengan bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh makin menurun, maka kanker lebih sering pada kelompok lansia. Upaya kita bagaimana meningkatkan dayatahan tubuh pada kelompok rentan kemunduran sistem imun tubuhnya ini.

Yang bisa kita lakukan dengan cara memilih menu harian yang membantu produksi kekebalan tubuh, antara lain perlu kecukupan enzim yang ratusan jenis tubuh butuhkan, asupan asam amino esensial lengkap, dan vitamin mineral lengkap. Dan itu baru memungkinkan bisa kita peroleh seluruhnya apabila menu harian kita lengkap. Bahasan ini saya ungkapkan juga dalam seminar “Sehat Berkualitas Di Usia Emas” Paguyuban Purnakarya Kompas-Gramedia Rabu 10 Juli kemarin.

Jadi benar kalau untuk menjadi sehat kita harus menjadi pemakan segala (omnivora). Makan apa saja kecuali kulit durian.

Salam sehat,
Dr Handrawan Nadesul

Apa Salahnya Sate Kambing