Sesungguhnya, orang yang senang menyakiti sesamanya itu adalah orang yang hidupnya paling menderita di dunia, dan wajib dikasihi.
Bagaimana tidak menderita. Jika ia bahagia dan hidupnya dilimpahi kasih, tidak seharusnya ia tega melakukan hal itu. Bahkan ironis sekali, karena ada di antara mereka yang menyakiti orang lain sebagai suatu kegembiraan.
Jangan bilang, orang berbuat jahat itu karena kepepet alias terpaksa. Sulit cari pekerjaan, padahal butuh makan. Sehingga jadi mata gelap, begitu?
Maaf! Jangan pernah menyalahkan keadaan demi pembenaran diri.
Sebenarnya, bukan karena tidak ada pekerjaan, melainkan gara-gara gede gengsi. Atau cenderung memilih-milih pekerjaan. Padahal, jika mau gelem obah mesti mamah.
Bukti yang lain, ada orang yang bangga dan menikmati profesi jahat itu. Jika tidak, orang itu tidak bakal jadi petualang. Karena petualang itu butuh keahlian dan keberanian.
Memperdaya orang sebagai suatu kegembiraan. Yang memprihatinkan itu, mereka melakukan semua itu tanpa merasa bersalah, apalagi merasa berdosa.
Nah! Siapa yang mau percaya?! Tapi semua itu realita. Dan hal itu bisa terjadi di mana saja. Bahkan di sekitar kita sendiri.
Sekali lagi, jangan berasumsi. Orang berbuat jahat itu, karena kepepet. Sebab sulit mencari pekerjaan. Yang benar orang itu malas, ingin hasil instan yang berlimpah, dan gede gengsi.
Gengsi, ya, gede gengsi, bahkan lupa diri, karena tidak berani melihat kenyataan hidup yang sebenarnya. Ia menipu diri sendiri, karena hidupnya menderita.
Dikatakan menderita, karena ia senang menyakiti orang lain demi memuaskan egonya. Jika tidak, ia tidak bakal menyakiti dan menipu keluarganya sendiri!
Kenapa menipu dan menyakiti? Karena ia tidak peduli dan tidak bertanggung jawab pada keluarga.
Sekiranya peduli dan bertanggung jawab, tidak mungkin membiarkan keluarga hidup dari hasil kerja yang tidak halal. Lebih suloyo dan tragis, jika ia tertangkap. Keluarga pun kena getahnya. Dan menderita.
Seharusnya, ketika ada masalah dalam keluarga, kita berani bersikap terbuka, jujur, dan berterus terang. Seberat dan sepahit apapun peristiwa itu, hendaknya ditanggulangi bersama agar masalah lebih mudah diatasi.
Dan beban keluarga pun berasa diringankan.
Sebaliknya, ketika masalah itu dihadapi sendiri tentu berasa berat dan sulit. Kita jadi stres, putus asa, lalu muncul pikiran jahat.
Sejatinya, tak ada masalah yang tidak terpecahkan. Tak ada kesulitan yang tidak teratasi. Karena kita mempunyai sahabat dan keluarga yang selalu siap membantu dan menolong kita. Teristimewa, kita mempunyai Allah Yang Maha Penolong dan Pengasih.
Bersujud dan mohon pada Allah agar jiwa ini diteguhkan. Dan kita dijauhkan dari yang jahat… (Mas Redjo)