Tindakan Bijak yang Tercermin Melalui Pepatah Jawa (Bagian 30)  

Foto : dok. Pribadi

Pengantar Singkat: Kata-kata mutiara dan nasihat bijak Jawa kuno dari para leluhur Jawa, adalah juga salah satu dari Falsafah hidup bangsa Indonesia yang begitu indah dan penuh dengan makna kehidupan yang mendalam. Semoga dapat menginspirasi Anda dalam menjalani kehidupan Anda sebagai manusia yang sedang selalu berusaha menuju ke arah yang lebih baik.

98. BATHOK BOLU ISI MADU  (Tempurung Kelapa Isi Madu)

Pepatah ini secara harfiah artinya seseorang yang penampilannya kurang meyakinkan, kelihatan seperti orang bodoh, tapi sesungguhnya adalah orang pintar dan memiliki keistimewaan yang tidak dipunyai orang lain.

‘Bathok bolu’ adalah tempurung kelapa yang setelah diambil daging kelapanya seolah-olah sudah tidak memiliki fungsi apa-apa lagi selain dibuat arang. Tapi bathok atau tempurung kelapa ini dulu dibuat jadi alat penakar biji-bijian, irus, alat untuk mengambil sayur dan ‘siwur’ atau gayung alat untuk menciduk air.

Begitulah, pepatah ini sangat terkenal di masyarakat Jawa untuk menunjukkan seseorang yang memiliki keistimewaan tertentu yang jarang dilakukannya. Orang seperti ini biasanya rendah hati, pendiam, dan tidak suka menonjolkan diri bahwa dia mampu melakukan sesuatu, karena keahlian yang dimilikinya.

99. RUBUH-RUBUH GEDHANG  (Ikut-ikutan)

Pepatah jawa ini mengajarkan kepada kita, bahwa memiliki sifat yang hanya ikut-ikutan terkadang memiliki akibat yang kurang baik.

Rubuh artinya roboh. Rubuh-rubuh artinya ikut roboh. Gedhang artinya pisang. Rubuh-rubuh gedhang, ikut-ikutan roboh seperti pohon pisang yang kurang air di musim kemarau.

Seseorang yang kurang ilmu pengetahuan, pengalaman, di dalam hidupnya, karena kurang ilmu di sekolahan, keluarga, maupun masyarakat. Biasanya cenderung memiliki sikap ikut-ikutan orang atau sekelompok orang lain yang dianggapnya baik tanpa berpikir jauh.

Contoh, ads tetangga membuat batu bata, lalu ikut-ikutan membuat batu bata. Tetangga berdagang kerupuk, ikut-ikutan jadi pedagang kerupuk, dan lain sebagainya.

Sikap ikut-ikutan karena kebutuhan dan tanpa banyak pertimbangan, acapkali bisa menimbulkan kerugian sendiri, karena yang diikuti belum tentu baik adanya. Sikap sekadar ikut-ikutan itu penuh spekulasi, berbeda dengan sikap mengikuti yang penuh tanggung jawab.

100. YEN WUS GAMBUH BANJUR JUMBUH

‘Gambuh’ berarti menyatu dan ‘jumbuh’ berarti cocok. Pepatah Jawa ini memiliki arti harfiah, bahwa  seseorang kalau sudah menyatu dengan orang lain, lama-lama akan terjadi suatu kecocokan.

Apanya yang cocok? Pikirannya, angan-angan, dan hatinya. Maka, orang berkata mereka telah sehati dan sepikir. Hati dan pikirannya sudah mengalami kecocokan. Sehati dan sepikir dalam hal ini menunjuk pada hal-hal yang bersifat positif dan bukan sebaliknya.

Semangat persatuan yang dilandasi oleh kemauan, angan-angan, hati dan pikiran dalam hal yang positif, akan menjadi kekuatan di dalam persahabatan, kerukunan, yang hebat dan luar biasa. Hal ini biasanya akan berlanjut dalam sebuah kerjasama yang dilandasi oleh rasa tulus ikhlas, tanpa pamrih, lahir dan batin. Ambil contoh dalam musyawarah. Mereka melakukan musyawarah bersama untuk mencari mufakat atau kecocokan bersama. Demikian pula dalam kerja bakti, gugur gunung atau gotong royong, masyarakat Jawa bisa melakukannya tanpa mendapatkan upah sepeser pun. Biasanya yang didapat hanya makan dan minum sekadarnya.

/ 1 Oktober 2022

Tindakan Bijak yang Tercermin Melalui Pepatah Jawa (Bagian 29)  

Avatar photo

About Y.P.B. Wiratmoko

Lahir di Ngawi, 5 April 1962. Purna PNS ( Guru< Dalang wayang Kulit, Seniman, Penyair, Komponis, penulis serta penulis cerita rakyat, artikel dan buku. Telah menulis 200 judul buku lintas bidang, termasuk sastra dan filsafat. Sekarang tinggal di dusun kecil pinggir hutan jati, RT 021, RW 03, Dusun Jatirejo, Desa Patalan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur