Seide.id – Bagaimana kita mendefinisikan kata ingkar? Ingkar bukan hanya ‘tak menepati janji’. Bukan hanya ‘menipu diri’.
Ingkar adalah penyangkalan atau membuat ‘semacam rekayasa’ seolah-olah yang terlihat di depan mata atau yang dirasa seperti yang tak dirasa atau bukan seperti tampaknya.
Ingkar adalah menolak atau tak mau mengakui sesuatu yang sudah terpampang dengan jelas, gamblang, terang benderang di depan mata dan semua orang melihatnya.
Banyak hal yang menyebabkan orang berperilaku ingkar. Bisa kebencian, kesombongan, kerendahdirian ketakmampuan, kedegilan dan kecemburuan.
Menyaksikan pembukaan Asian Games beberapa tahun lalu, (2018), banyak orang berdecak kagum. Karena memang harus diakui, perhelatan pembukaan pesta olahraga terbesar di Asia itu adalah suatu yang spektakuler dari hampir segala sisi.
- ( Kita tidak akan melupakan jasa mantan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang dengan berani menerima AG 2108, saat Viet Nam, menyatakan mundur)
Kembali lagi pada perhelatannya..
Ide, selera, keindahan, kemegahan, kecanggihan teknologi dan-tentu saja-keamanan. Banyak teman yang menangis terharu karena terkagum-kagum kepada kedahsyatannya. Suatu pertunjukan yang sangat layak jika dikatakan: “Berkelas dunia”. Banyak teman-terutama-perempuan yang tak segan-segan mengatakan bahwa dia menonton di rumah di depan televisi sambil menitikkan airmata karena kagum dan terharu akan kemegahannya.
Tapi semua itu tak mampu menepis kabut negatif yang menyelimuti politisi oposisi untuk berkomentar nyinyir dan sangat terasa mencari-cari dan mengada-ada. Kabut kebencian, kecemburuan, ketakmampuan yang berkelindan itu ‘berhasil’ menutupi akal, nalar dan ‘jatah kecerdasan’ yang-apa boleh buat-dimiliki alakadarnya saja.
Maka muncullah komentar-komentar lucu. Ada yang berkomentar bahwa ide kolosal pertunjukan itu meniru atau menyontek pertunjukan entah dari mana. Memangnya ada negri lain yang keragaman budayanya seperti kita, yang begitu beragam dari ujung Aceh di sebelah barat, sampai Papua di ujung timur?. Dari Miangas di utara dan pulau Rote di selatan?…
Ada yang nyinyir tentang, kenapa presiden harus naik sepedamotor. Bahkan (ya ampuuun…) ada petinggi partai yang ‘menuntut’ bahwa presiden harus menjelaskan kepada rakyat bahwa presiden memakai pemeran pengganti ketika beradegan seolah-olah presiden berkendara di jalanan sempit dan pakai ‘jumping’ segala…
Hadeeeh,…pemaen sinetron ecek-ecek aja jika adegannya berbahaya, pake pemeran pengganti mas,…ini presiden..?!.
Politisi-apalagi oposisi-memang seolah-olah ‘ditakdirkan’ untuk ingkar terhadap apa yang dilakukan ‘lawannya’.
Ada pengingkaran yang dilakukan dengan halus, ada pengingkaran yang dilakukan dengan kasar, ada pengingkaran yang dilakukan dengan elegan, ada pengingkaran yang dilakukan dengan cerdas, tapi ada juga pengingkaran yang dilakukan dengan naif,…gak tega untuk mengatakan “pengingkaran yang dilakukan dengan bodoh..”
(Aries Tanjung)