Dalam deretan koin ( uang logam) ini, anda tak akan menemukan token atau koin kripto made in indonesia, kaena dari semua yang sudah diproduksi, belum ada desain uang kripto yang layak dijadikan ilustrasi. Di atas ini adalah koin atau mata uang receh Indonesia di masa lalu. ( Foto: Kosakata)
Peluang bisnis menarik di bidang cryptocurrency, ditangkap beberapa pengusaha Indonesia. Mereka ramai-ramai membuat token kripto, karena, sepertinya, selain mudah, murah, nyaris tanpa izin. Siapapun yang mampu menguasai teknologi blockchain dan kriptografi, bisa membuatnya.
Selain itu, peluang luar biasa adalah, bisa menjaring uang triliunan dari masyarakat yang belum paham benar dunia kripto, dengan mudah.
Dari kripto made in Indonesia yang dilahirkan, barangkali bisa dicatat, bahwa yang paling “heboh” adalah Asix, milik Anang Hermansyah- Ashanti dan Wirda Mansyur. Asix, selain karena Anang aktif berkomunikasi dengan masyarakat, token ini juga yang banyak memperoleh keluhan dari pembeli token yang setelah launching, harganya langsung terjungkal. Terlebih Icoin yang terjerembab jatuh nilainya tak kepalang tanggung.
Hal ini sebenarnya biasa. Hampir kebanyakan token atau koin usai pump ( pompa/ naik ), biasanya langsung dump ( terbuang/ nyungsep), setelah itu baru terkoreksi netral, sesuai hukum pasar. Hanya sayangnya, kemungkinan besar, mereka yang ramai-ramai membeli token Asix yang banyak mengeluh di medsos itu karena promosi yang gencar dari Anang dan Ashanti.
Anang Hermansyah menyasar ke teman-teman sesama artis, sementara Ashanti kemungkinan, memanfaatkan agen-agen dan pelanggan setia Ashanti Beauty Cosmetic yang berbondong-bondong memborong membeli. Sayangnya, tidak disertai pemahaman mendasar bahwa investasi pada aset kripto itu berisiko tinggi. Janji akan untung seberapapun, hingga kini belum ada yang terbukti.
Hampir sebagian besar investor cryptocurrency di dunia ketika berinvestasi pada cryptocurrency tanpa pemahaman mendasar, terutama tak pernah melihat fundamental sebuah uang kripto – baik token atau koin- namun lebih terpikat pada berita bahwa token atau koin ini akan membaut mereka kaya raya dan untung besar.
Para investor cryptocurrency atau di Indonesia lebih tepat dinamai aset kripto, sebetulnya lebih banyak melakukan FOMO ( Fear OF Missing Out) alias takut ketinggalan kereta atau orang yang serba ketakutan ketinggalan berita, dicap kurang gaul, dibanding membaca tanda-tanda uang kripto yang baik dilihat dari fundamentalnya, manfaatnya maupun kapitalisasi pasar. Apalagi jika kripto itu dibuat artis. Dikiranya mereka membeli souvenir, padahal mereka sedang investasi.
SELANJUTNYA: Lihat Data dan Fundamental Aset Kripto Sebagai Investasi