Seide.id -Setiap hari selalu ada saja broadcast di HP atau internet tentang obat atau cara alternatif yang beredar. Daun anu, jamur ini, senam itu, bisa menyembuhkan penyakit. Sering analissisnya tidak masuk nalar medis karena sumbernya bukan pihak medis.
Kalau itu hanya makanan dan tidak membahayakan, bila memercayainya, ya paling penyakit yang dijanjikannya tidak sembuh saja. Kalau bahan berkhasiat atau cara itu sampai merusak badan, alih-alih sembuh, badan jadi rusak. Pasti berbahaya kalau bukan berprofesi medis menyarankan cara (yang tidak jelas nalar medisnya) metoda melangsingkan badan, misalnya. Bisa langsing mungkin saja, tapi apakah tidak merusak badan, itu soalnya.
Kasihan masyarakat kita sekarang kebanjiran informasi medis dari segala jurusan. Tidak semuanya sahih di mata medis. Apalagi kalau kasus dunia medis sendiri belum bisa menyembuhkan. Tumpukan lemak plaque dinding pembuluh darah, misalnya, belum ada obat medis yang bisa meluruhkan.
Jadi kalau misal ada informasi kismis direndam wine, dicampur jamur kuping dan bawang putih dan entah campuran apa lagi, menjanjikan bisa merontokkan tumpukan lemak plaque, sesungguhnyalah kalau memang benar terbukti, mestinya akan dihadiahi Nobel. Buktinya kan tidak.
Tidak sederhana menemukan obat atau cara atau perasat untuk menyembuhkan dan mengobati penyakit atau gangguan fisik. Dunia kedokteran perlu waktu puluhan tahun untuk menjadikan bahan berkhasiat alami (simplicia) menjadi obat, dengan biaya yang tidak kecil.
Herbal dan jamu belum naik kelas menjadi obat karena masih bahan kasar (raw material). Kalau masih bahan kasar belum tahu zat berkhasiatnya yang mana, berapa dosisnya, dan bagaimana bahan berkhasiat bekerja di dalam tubuh melawan penyakit atau gangguan kesehatan. Belum juga teruji apakah aman (toxicity test). Karena bagi dunia medis, bila hanya berkhasiat namun tidak aman, tidak bisa diedarkan sebagai obat.
Celakanya, selain sumber informasi medis yang belum tentu sahih itu datangnya dari pihak bukan berprofesi medis, dengan mudah dibagikan (sharing) ke publik.
Kenyataan ini ibarat orang buta menuntun yang buta, seperti itu peredaran informasi yang menyesatkan lazimnya berlangsung. Kalau yang sesat itu menjanjikan sebagai obat kanker, berapa banyak pasien kanker jadi korban tidak sembuh, dan karena terlambat ditolong medis karena tertunda mendapat obat yang tepat.
Saya prihatin, di TV ada iklan kencing manis bisa disembuhkan dengan sandal, kanker bisa sembuh dengan daun anu atau cara itu. Sejatinya untuk menjadi sembuh tidaklah sederhana.
Kebanyakan tawaran menyembuhkan itu dari pihak yang tidak berkompetensi.
Bagi pihak awam yang tentu ada gap competency dengan dunia medis sukar memilah mana informasi yang benar, dan mana yang isapan jempol.
Kemudahan oleh internet dan HP dan teknologi informasi, segala informasi termasuk yang bersifat sampah, membanjiri semua lapisan masyarakat dengan cepat dan mudahnya.
Masyarakat kebanyakan tidak skeptis, menelan dan percaya saja, tanpa minta perimbangan pihak medis.
Selanjutnya (2)..
Dr. Handrawan Nadesul
Solusi Sehatnya Berbangsa: Mendisplinkan Hidup Semua Anak Bangsa