Gerakan Intoleran Lewat Koalisi Ulama Palsu

Gerakan Intoleran Lewat Koalisi Ulama Palsu

penulis MUHAMMAD ABDULKADIR MARTOPRAWIRO foto FERVR

Pada 30 Januari 2022, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman menyebutkan, pembiaran gerakan intoleransi di Indonesia sangat berbahaya. Menurut saya, sikap intoleran yang sebatas hanya mau berteman dengan orang yang seagama, tidaklah berbahaya. Sikap semacam ini bisa berubah dengan berjalannya waktu lewat pertumbuhan kedewasaan dan kearifan. Tentu, apa yang disampaikan Jenderal Dudung, bukanlah berkaitan dengan sikap yang sekedar menganggap kelompoknya paling benar. Bukan itu. 

Lalu, mengapa Jenderal Dudung mengatakannya berbahaya? Karena sikap intoleran yang “hanya sekedar” keterbatasan pengetahuan dan kearifan, digiring oleh gerakan politik, ke arah kekerasan fisik. Banyak ceramah di hadapan kaum intoleran itu, dibumbui kata-kata seperti “halal darahnya”, serta kebohongan untuk pembenaran kekerasan seperti “ibukota baru disiapkan untuk warganegara Cina”.

Sehari sebelumnya, 29 Januari 2022, kita mendengar adanya Koalisi Ulama Anti Penodaan Agama yang melaporkan Jenderal Dudung, karena penodaan agama. Alasannya, karena Jenderal Dudung mengatakan: “Tuhan saya bukan orang Arab”. Apakah mereka yang melapor itu, merasa tuhannya adalah orang Arab?

1

Pelaporan itu SANGAT memalukan. Kita akan melihat barisan yang sama memalukannya di hari-hari mendatang, yang akan mendukung “koalisi ulama” ini. Di antara anggota barisan itu, termasuk alumni perguruan tinggi terkemuka.

Semakin jelas, memang telah terjadi pembodohan masyarakat. Pembodohan ini dilakukan secara sistematis dalam belasan tahun terakhir ini, sejak politisi dan militer pendukung gurita kekuasaan 32 tahun, membentuk FPI di akhir kekuasaan mereka. Pembentukan FPI dilakukan pada 17 Agustus 1998.

Mari kita saksikan di hari-hari mendatang, siapa saja yang merasa bahwa tuhannya adalah orang Arab, sehingga merasa wajib mendukung Koalisi Ulama Anti Penodaan Agama. Rakyat dan pimpinan bangsa ini, akan masih diganggu dalam beberapa tahun ke depan, oleh orang-orang yang dibayar oleh kroni kekuasaan 32 tahun itu.

2

FPI hampir berhasil menjatuhkan pemerintah yang sah pada akhir tahun 2016. Saat itu cabang-cabang FPI di berbagai kota di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, mengkoordinasi kedatangan orang-orang untuk suatu gerakan yang disebut Gerakan 212.

Mari kita tengok sejenak, bagaimana perkembangan gerakan 212 itu. Pada 2 Desember 2016, mereka berhasil mengumpulkan massa yang besar di Jakarta. Di balik alasan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama, mereka meneriakkan tuntutan mundurnya Jokowi. Banyak tokoh di belakangnya merupakan orang yang sama yang melakukan gerakan penjatuhan Gus Dur 15 tahun sebelumnya, pada tahun 2001.

Beberapa penyusup di MUI, membentuk Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI), untuk mendukung gerakan 212, beberapa bulan sebelum demo besar 2 Desember. Untuk menciptakan kesan bahwa gerakan ini didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia, mereka mengembangkan gerakan untuk memajukan ekonomi umat, lewat program 212-Mart.

Untuk menciptakan kesan mendunia, Ketua GNPF MUI mendirikan suatu “foundation” yang memiliki kepedulian pada umat Islam di dunia. Foundation ini mengumpulkan dana masyarakat untuk dikirimkan ke Suriah, untuk membantu meringankan penderitaan rakyat Suriah.

Barisan yang sama, termasuk FPI, juga mengkoordinasi demo “Save Aleppo” di bulan yang sama, yaitu Desember 2016, di berbagai kota besar di seluruh Indonesia. Mereka meneriakkan kebiadaban Presiden Suriah Bashar Al-Assad yang membantai rakyatnya sendiri.

3

Sekarang mari kita lihat, bagaimana kebohongan-kebohongan mereka terbongkar satu-demi-satu. Yang pertama, kebohongan bahwa gerakan 212 didukung oleh seluruh masyarakat, kecuali pimpinan hitam negeri ini. Baru-baru ini, kita dikejutkan oleh banyaknya berita tentang toko 212-Mart yang bangkrut, lalu ditawarkan dijual, walau banyak yang belum laku. Kalau gerakan 212 didukung oleh seluruh masyarakat, pastilah 212-Mart akan bertumbuh.

Mereka sering mengatakan, “Allah akan meridloi perjuangan kita”, dan “Allah akan mengabulkan doa kita bersama untuk kemenangan kita”. Apakah dengan bangkrutnya satu-demi-satu toko-toko 212-Mart berarti bahwa Allah tidak meridloi gerakan mereka? 

MUI juga merasa kecolongan, dan mulai mengambil jarak dari GNPF MUI. Karena itu, Ketua GNPF MUI membuat konperensi pers pada 30 Oktober 2017, untuk menyatakan bahwa nama GNPF MUI berubah nama menjadi GNPF Ulama. Sudah dua kali MUI kecolongan. Yang pertama saat terlibat dalam penjatuhan Gus Dur pada tahun 2001.

Fitnah kebiadaban Bashar Al-Assad pun terbongkar. Bahkan dosen MIT di Amerika Serikat memprotes kebohongan pemerintahnya tentang senjata kimia yang dijatuhkan oleh pemerintah Suriah untuk membunuh wanita dan anak-anak. Video anak-anak yang terbujur kaku karena senjata kimia sehari sebelumnya, disebut rekayasa dan kebohongan oleh dosen Kimia MIT. Mengapa? Karena dalam video itu ada orang berjalan-jalan berseliweran di antara mayat anak-anak itu. Padahal kalau benar senjata kimia dijatuhkan sehari sebelumnya, maka dalam 3 hari, setiap orang yang mendekati anak-anak itu dan berjalan-jalan di situ, akan juga mati.

Ketua GNPF Ulama, akhirnya ditangkap, karena saat pembebasan kota Aleppo oleh pemerintah Bashar Al-Assad, dalam gua-gua bawah tanah tempat persembunyian milisi asing yang menyerbu Suriah melalui Aleppo Timur, ditemukan bantuan-bantuan kemanusiaan dari “foundation” yang didirikan Ketua GNPF MUI. Jadi, bantuan kemanusiaan yang dikumpulkan dari rakyat Indonesia, bukan dikirimkan ke rakyat Suriah, melainkan ke para pemberontak yang bukan rakyat Suriah, melainkan milisi asing yang diperkuat oleh tentara bayaran dari Uyghur, Cina.

4

Saat ini, Ketua GNPF Ulama sudah ditangkap. Perlu ada organisasi pengganti, tempat ulama-ulama palsu berkumpul, untuk terus mengganggu pemerintah yang sah. Didirikanlah Koalisi Ulama Anti Penodaan Agama.

Targetnya pun dimulai dari nol lagi. Targetnya tidak langsung pimpinan nasional bangsa ini yang sah, melainkan pemimpin di berbagai lembaga formal. Dulu yang dijadikan target antara adalah Basuki Tjahaja Purnama. Sekarang yang dijadikan target siapa saja yang bisa disalahkan karena penodaan agama, salah satunya Jenderal Dudung.

Masih akan ada pemimpin di berbagai lembaga formal dan organisasi masyarakat yang besar (termasuk NU), yang akan difitnah oleh koalisi ulama palsu ini. Strategi yang digunakan merupakan strategi yang telah teruji di berbagai negara, untuk menginisiasi pemberontakan besar.

Mereka menggunakan strategi FoF (Firehose of Falsehoods) atau semburan dusta, untuk melemahkan berbagai lembaga formal negara, dan organisasi besar yang menjadi pilar kekuatan bangsa ini, seperti tentara, kepolisian, NU, Muhammadiyah, pimpinan daerah, kejaksaan, KPK, MA, dll. Semua lembaga formal akan dilemahkan, antara lain lewat fitnah terhadap pimpinan berbagai lembaga formal itu.

Targetnya menciptakan rasa tidak aman di tengah masyarakat, akan bobroknya berbagai pilar bangsa ini. Sebagian rakyat tidak melihat, bahwa mereka dibayar oleh kroni kekuasaan yang bobrok di masa lalu. Setelah rakyat merasa tidak aman, dan merasa kehilangan pegangan, barulah gerombolan ini memunculkan sosok yang “akan mengembalikan” rasa aman di tengah masyarakat.

Itulah strategi FoF untuk meraih kekuasaan. Itulah strategi FoF untuk menjatuhkan pemerintah yang sah, yang telah diterapkan di berbagai negara, dengan melemahkan satu-demi-satu lembaga-lembaga formal yang merupakan pilar kekuatan dan kemajuan bangsa. 

MAM

Avatar photo

About Muhamad Abdulkadir Martoprawiro