Seide.id – Tidak harus gengsi, karena gengsi itu menipu diri sendiri, dan kita tidak berani menerima kenyataan pahit hidup ini.
Tidak harus merasa hina, karena yang hina itu, jika kita berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa. Hidup bagai benalu.
Tidak harus malu dan kehilangan kehormatan, meski pekerja kasar tapi kita pejuang tangguh yang hidup jujur dan bermartabat.
Potret pejuang yang tangguh dan jujur itu yang saya lihat pada pribadi tukang sampah di komplek perumahan. Ia biasa saya mintai tolong untuk beberes halaman.
“Saya tidak pilih-pilih pekerjaan, Pak, yang penting halal,” kata MN yang asal Brebes itu.
MN tukang kebersihan komplek yang tugasnya mengambil sampah dari rumah ke rumah menggunakan gerobak motor. Pekerjaan itu ditekuninya, setelah ia di-phk akibat pandemi. Dari kerja kantoran yang keren dan wangi, lalu jadi pekerja kasar dan bau sampah.
Sesungguhnya yang membuat saya salut pada MN adalah kejeliannya memilih dan memilah sampah itu menjadi barang yang mempunyai nilai keekonomian tinggi.
MN dibantu istri dan seorang famili mengumpulkan barang bekas itu di lahan kosong di pinggir jalan tol yang tidak jauh dari rumahnya. Barang-barang itu lalu dijual ke pengepul. Dari hasil menjual barang bekas itu ia mampu membeli motor dan memenuhi kebutuhan keluarga.
Keuletan MN itu mengingatkan saya pada EY yang miliki beberapa depo air isi ulang. Peka dan jeli dalam memanfaat peluang usaha. Sebelum membuka depo air di suatu komplek perumahan itu EY mencari informasi dari teman daerah yang sumber airnya jelek, alami kekeringan, atau belum ada PAM.
Jika kita peka dan jeli melihat di sekitar kita, sesungguhnya banyak peluang usaha yang dapat diolah untuk menghasilkan uang.
Pertanyaannya, kita mau atau tidak untuk melakukan hal itu. Semua itu kembali kepada kita sendiri.
…
Mas Redjo/ Red-Joss