Dibutuhkan kemandirian seorang pemimpin dalam menentukan arah yang jelas dalam berbagai masalah. Jokowi dapat melihat sebuah cahaya dalam kegelapan. Itulah kemandirian.(Foto: Katadata)
ERIZELI JELY BANDARO
Awal Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkuasa, laporan keuangan konsolidasi BUMN dalam keadaan merugi. Alias negatif. Artinya BUMN sebagai agent of development sudah keok. Tak mungkin lagi di leverage untuk tumbuh dan berkembang. Posisi keseimbangan primer dalam keadaan negatif. Jumlah pendapatan negara dikurangi belanja dalam keadaan negatif. Artinya tidak ada tersisa untuk bayar bunga dan cicilan hutang. Para ekonom dan politisi menganjurkan kepada Jokowi agar reschedule hutang. Kurangi anggaran pengeluaran APBN. Perluas privatisasi BUMN. Lalu, berhenti berhutang.
Kelihatan rasional. “ Penyebabnya kondisi keuangan negara negatif itu karena faktor eksternal. Harga komoditas utama jatuh di pasar dunia. Itu tidak akan berlangsung lama. Sabar aja. Nanti kondisi eksternal membaik, akan kembali normal lagi. Sementara, biarkan saja keadaan diselesaikan dengan politik. Kita bujuk rakyat dengan subsidi dan BLT. Kita ajak elite berdamai. Oto pilot dech”. Demikian saran mereka. Karena yang menyarankan adalah mereka yang secara personal secure hidupnya. Tujuh keturunan aman. Tapi rakyat jelata ?
Membedah APBN Secara Detil
Kalau saran itu dilaksanakan, maka Indonesia bukan hanya stuck tetapi mundur. Mengapa ? Waktu tidak menjamin penyembuhan penyakit. Menunda masalah, itu berarti memperbesar masalah dikemudian hari. Karena bayi lahir terus bertambah setiap detik. Bunga terus bertambah setiap detik. Pengangguran terus bertambah setiap detik. Sedetik negara stuck atau mundur, dampaknya luas sekali secara sosial politik dan ekonomi. Anda bisa bayangkan. Bagaimana suasana hati dan pikiran Jokowi ketika kali pertama masuk Istana.
Semua resiko itu ada di pundak Jokowi, yang harus dipertanggung jawabkan kepada rakyat dan Tuhan. Jadi apa yang dilakukan Jokowi?.
LAINNYA Ekspor Digenjot, Jokowi Memang Heibat
Berdasarkan analisa dari semua kementrian dan team ahli, dia membuat keputusan. Sederhana saja. Apa itu?. “ Kalau pasar yang membuat sumber daya kita tidak bisa lagi di leverage, maka jangan lawan pasar , jangan menyerah. Tetapi jinakan pasar.” Itu sama saja. Kalau anda tidak bisa taklukan pria karena jelek, jangan marah sama pria itu. Tetapi jinakan dia. Caranya poles kepribadian anda.
Yang dilakukan Jokowi adalah membedah APBN secara detail. Dia plototi mata anggaran itu satu persatu. Aha, bisa hemat 30% tanpa mengganggu biaya rutin. Angka 30% itu tidak dihapus, tetapi dialihkan ke mata anggaran yang berhubungan langsung dengan phisik atau belanja modal atau infrastruktur ekonomi. Jadi bukan konsumsi, tetapi produksi. Tapi ini belum cukup. Gimana mengatasinya? Program PPP ( Public Private Partnership ) diperbaiki dengan memberikan fasilitas penugasan kepada BUMN, yang memungkinkan investor berminat membiayai proyek infrastruktur secara B2B. Dengan demikian mesin APBN hidup lagi.
Cahaya Dibalik Kegelapan
Tetapi itu tidak menambah pemasukan. Lantas gimana mendapatkan uang untuk menutupi anggaran yang defisit.? Ya, Yakinkan pasar lewat tax amnesti. Reformasi pajak dilaksanakan. Yang memungkinkan secara rasional pendapatan negara akan meningkat di kemudian hari.
Terbukti pasar bereaksi positif. Rating surat utang membaik. Investor pun berani beli surat utang negara. Defisit anggaran bisa diatasi. Otomatis mesin ekonomi kembali bergerak dan kita punya harapan.
SERUPAJokowi Ungkap Alasan Gencar Bangun Infrastruktur
Saya yakin, keputusan tersebut diatas adalah keputusan pribadi Jokowi sebagai presiden. Itu membuktikan sikap kemandirian dia dalam membuat analisa dan keputusan. Mengapa ? Bahwa keputusan besar dan pemecahan masalah hanya mungkin dilakukan oleh seorang individu, yang berpikir secara mandiri. Karena saat itu hanya ada dia dan Tuhan saja.
Ketika fakta masa kini berbicara, para pengamat, ekonomi, politisi berpikir suram tetang masa depan, namun Jokowi melihat cahaya dibalik kegegalapan itu. Setelah waktu berlalu, kabut tersibak, Jokowi juga yang benar…
BACA JUGA
Membangun dari Pinggiran, Jokowi Sudah Salurkan Rp 400,1 Triliun untuk Dana Desa