Seide.id – Makin tahun makin terungkap kenapa ada orang kena kanker, ada yang tidak. Selain hadirnya gen kanker yang diwariskan, lebih besar faktor lingkungan, dan gaya hidup, pencetusnya. Di antara kesalahan gaya hidup, faktor apa yang kita makan menentukan kita akan kanker, atau tidak.
Wanita yang mewarisi gen kanker payudara, misalnya, BRCA-1. Kendati membawa gen kanker namun kalau tidak makan lemak dan daging berlebihan, dan rutin beraktivitas fisik, kemungkinan kankernya tidak bertumbuh. Sebaliknya, wanita yang tanpa gen kanker sekalipun, tapi konsumsi lemak dan dagingnya 4 kali lebih banyak dari rata-rata, kemungkinan kanker payudaranya muncul. Pada kaum Adam, berisiko kena kanker prostat.
Sel kanker suka sekali akan gula, selain suka bila tubuh kekurangan oksigen, atau bila stres berkepanjangan (malstress), atau kurang tidur, atau banyak konsumsi kimiawi makanan yang tidak bersesuaian dengan yang diminta tubuh, zat warna, pengawet, penyedap, pemanis buatan, zat perenyah, sayur dan buah GMO (genetic modified organism), plastik terlarut, dan semua faktor carcinogenic (pencetus kanker) lainnya, termasuk yang ada di lingkungan, radiasi, sinar matahari UVA, dan kegemukan sendiri. Maka kalau tidak mau kena kanker semua itu yang perlu dijauhi.
Ihwal kelebihan berat badan bikin kanker sudah lama terbukti. Sel lemak orang gemuk memproduksi hormon dan faktor pertumbuhan (growth factor) yang mendorong sel tubuh normal untuk berbiak lebih banyak. Akibat sel tubuh yang berbiak lebih dari aturan normal itulah, kalau bukan menjadi tumor (jinak) tentu akan menjadi kanker (Lihat Gambar).
Gemuk kini sudah menjadi wabah dunia. Kecenderungan orang menjadi gemuk sekarang lantaran gaya hidup sedentarian, hidup yang kurang bergerak. Bahwa formula orang menjadi gemuk terbentuk oleh karena yang dimakan selalu melebihi yang dipakai beraktivitas.
Itu maka kalau tidak mau gemuk, yang dimakan harus tidak boleh melebihi yang dipakai. Kalau berat badan nyatanya cenderung naik, itu berarti makan kita selalu lebih banyak dari kebutuhan. Itu sebab makan perlu dikurangi. Atau kalau memilih tidak mau mengurangi makan, aktivitas hariannya harus ditingkatkan sampai berat badan terjaga normal.
Berat badan normal dihitung dari indeks massa tubuh (BMI: body mass index) yang terjaga pada kisaran 20-25. BMI = berat dalam Kg dibagi pangkat dua tinggi dalam meter.
Amati secara rutin BMI sekurangnya seminggu sekali dengan menimbang berat badan. Begitu BMI melebihi 25, kurangi makan, atau kalau memilih asupan makan tetap tidak mau dikurangi, tapi aktivitas fisik perlu ditambah. Sebaliknya apabila BMI kurang dari 20, berarti terlalu kurus, maka perlu makan lebih banyak supaya mencapai BMI normal, sekurangnya berindeks 20.
Gaya hidup yang membuat tubuh kurang bergerak (sedentary life style) ini yang menimbulkan gemuk (overweight) dan kegemukan (obese) yang kemudian menjadi wabah dunia. Celakanya, kurang bergerak bukan saja bikin kelebihan berat badan sehingga berisiko mencetuskan kanker, melainkan jantung juga jadi kurang sehat, dan penyakit metabolik berpotensi muncul. Diabetik tipe-2 muncul karena kelebihan berat badan. Hipertensi juga bisa, selain kemungkinan perlemakan hati (fatty liver).
Kalau sudah terlanjur kelebihan berat badan, prinsip menurunkan berat badan harus mengurangi makan jauh lebih besar dari sebesar kebutuhan tubuh. Tubuh harus dibuat kekurangan asupan makan sehingga harus membakar lemak di bawah kulit. Untuk ini lebih sulit daripada mencegahnya dengan cara mempertahankan berat badan normal, yakni dengan cara sekadar mengurangi makan untuk mempertahankan berat badan terjaga normal.
Terapi kelebihan berat badan, harus ekstra lebih banyak mengurangi makan, selain lebih banyak beraktivitas fisik. Kalau dengan mengurangi makan, berat badan masih belum juga turun, berarti makannya masih perlu terus lebih dikurangi dan aktivitas fisik masih harus ditambah. Namun tentu bukan sama sekali tidak makan, sehingga tubuh menderita. Tetap mencukupi kebutuhan dasar tubuh bekerja normal, dan tidak mengganggu lambung.
Caranya, bagaimana mengatur keseimbangan tetap makan sesedikit mungkin tanpa harus mengganggu lambung atau tubuh tidak sampai kekurangan gula (hypoglycemic), dengan cara menambah aktivitas fisik. Perlu waku lama untuk bertekun menormalkan berat badan untuk mencapai BMI ideal 20-25. Pilih menu yang bikin cepat kenyang tapi kalorinya rendah, semisal ketela, sayur, buah tidak manis yang bersifat mengisi lambung (bulky), tapi rendah kalorinya. Jauhkan semua yang serba manis, dan berlemak. Ttap makan tiga kali, tapi porsi sekecil mungkin sampai tubuh tidak menjadi lemas, dan pingsan sebab gula dalam darah terlalu rendah.
Itu maka lebih baik agar kelebihan berat badan dicegah sejak awal. Kebanyakan terjadi sebab kekurangan aktivitas fisik. Maka fokus pada rutin beraktivitas fisik. Seberapa banyak aktivitas fisik dilakukan? Sebanyak aktivitas fisik bisa berhasil memberi efek menurunkan berat badan, dengan catatan tetap makan cukup sehingga tidak membuat tubuh sampai menderita: radang lambung, lemas, darah kekurangan gula, sehingga kualitas hidup menurun.
Salam sehat,
Dr Handrawan Nadesul