Foto : Photorama/Pixabay
Setiap daerah memiliki putaran musim berbeda-beda, baik di wilayah tanah air Indonesia, apalagi dibandingkan dengan benua lain. Dalam kondisi normal, sudah ada musim silih berganti dan menjadi panduan kehidupan manusia.
Namun, perubahan zaman serta dampak pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam oleh manusia, akhirnya mendorong terjadinya perubahan ekologi termasuk pancaroba musim saat ini.
Kejadian normalnya di tempatku – Flores, bulan September biasanya musim kemarau. Namun, ternyata sekarang dialami turun hujan lebat. Cuaca dan musim berubah. Maka kutuliskan sajak:
Hujan Subuh di Awal September
Mengapa awal September ini
ada hujan sekonyong datang
saat subuh hari minggu
padahal ini musim kemarau
Apakah panasnya awal malam
pertanda datangnya hujan subuh
karena cuaca sedang pancaroba
Dibangunkan dari tidur pulas
ketika riuh gemuruh di atap
terkejut ada yang aneh
di hening sepi subuh
terasa seperti sedang bermimpi
Ternyata hujan benar terjadi
Hujan subuh awal September
pesan alam mengubah musim
Langit datang membasahi bumi
panas terik diguyur hujan
Kering gersang dibelai sejuk
Getir dahaga dihalau air
alam semesta mengobati diri
Kegalauan insani ikut diruwat
Kehausan rindu damba sanubari
ditetesi berkah misteri Ilahi
bagi hati yang peduli
pada fakta yang terjadi
Hujan subuh awal September
saat sedang musim kemarau
Dalam hening sepi subuh
menyendiri di teras rumah
saksikan guyuran air hujan
alami sejuknya udara subuh
Lihat daun pepohonan bersorak
Sayup terdengar ayam berkokok
bergema adzan subuh dikumandagkan
Sanubari ikut daraskan doa
Syukur kepadaMu Sang Pencipta
haus dahaga kami dipuaskan
kering gersang kami disirami
kemarau kegelisahan insan disegarkan
Tebaran debu zaman dihalau
dari wajah keriput bumi
dari cucuran keringat insani
Yang berkelahi dengan informasi
hoaks rekayasa dan manipulasi
dari individu agungkan diri
Demi menangkan selera pribadi
Cuaca bisa diprediksi
Tapi musim yang terjadi
tidak mampu diatur insani
meskipun ulah tangan manusia
ikut pengaruhi alam semesta
karena sering merusak lingkungan
demi puaskan kerakusan nafsu
Seakan tidak memerlukan alam
demi meraup harta kekayaan
dengan kuasa dan teknologi
Hujan subuh awal September
tumbuhkan tunas kesadaran diri
retas harapan dalam sanubari
untuk berdiri menyongsong hari
Menulis lembar waktu
Melukis jejak langkah baru
dengan warna-warni syukur
membasahi kering gersang getir
dalam ziarah desah nafas
dalam kelana detak jantung
selagi masih diberi kesempatan