Ini bisa terjadi akibat bayi terlalu besar, regangan rahim yang sedemikian kuat, misal pada kehamilan bayi kembar atau lantaran hidramnion/air ketuban berlebih.
Hingga saat persalinan tiba, muncul “kelelahan” yang membuat rahim tak mampu kontraksi secara semestinya. Selain itu, jalan lahir pun bisa mengalami perlukaan bila si ibu terlalu kuat mengedan.
Ataupun sudah mengedan kuat sebelum waktunya, yakni saat pembukaan belum lengkap. Itulah mengapa, penolong persalinan (baik dokter kandungan maupun bidan) kerap terkesan “cerewet” melarang pasien mengedan sebelum waktunya.
Tujuannya, semata-mata agar kepala bayi bisa keluar dengan mulus, hingga regangan yang terjadi pada dinding rahim bisa diminimalkan. Karena jika tidak, akan terjadi robekan perlukaan pada mulut rahim, dinding vagina, puncak vagina, maupun perineum.
4. Emboli Air Ketuban
Kejadian yang tak bisa diantisipasi ini biasanya akan berakhir dengan kematian ibu maupun janin. Jika terjadi sebelum melahirkan, mungkin bayi masih bisa diselamatkan, meski umumnya si ibu tak tertolong. Terlebih bila perdarahan terjadi saat selaput ketuban pecah.
Karena di saat itulah pembuluh darah pada selaput ketuban yang berada persis di mulut rahim akan terbuka dan memungkinkan partikel lain masuk ikut dalam aliran darah.
Nah bila partikel tersebut ikut masuk sampai jantung, paru-paru atau otak, bisa fatal sekali akibatnya. Belum lagi jika perdarahan sedemikian banyak, hingga faktor pembekuan darah habis dan perdarahan tak lagi bisa dihentikan.
5. Sisa Plasenta
Begitu plasenta lahir, dokter akan menghitung cotyledon (bagian maternal atau yang melekat pada rahim ibu). Apakah sudah mencapai jumlah 15-20 atau belum. Soalnya, bukan tidak mungkin plasenta melekat begitu kuat pada dinding Rahim. Perlekatan semacam ini disebut plasenta akreta.
Bisa juga plasenta malah “tumbuh” ke dalam dinding rahim, yang disebut plasenta inkreta. Maupun plasenta perkreta, yakni bila sudah menembus otot dinding rahim.
Semua ragam perlengketan plasenta tadi membuat pembuluh darah di tempat terjadinya perlengketan tidak bisa menutup yang akan berlanjut dengan perdarahan. Padahal untuk membersihkan perlengketan plasenta secara manual, sangat mungkin terjadi perforasi/lubang-lubang pada dinding rahim.
Terutama jika kurang hati-hati atau cotyledon masuk sedemikian dalam, hingga jika ditarik malah sangat mungkin dinding rahim akan jebol. Kalau kondisi ini yang terjadi, mau tidak mau tindakan yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan nyawa si ibu adalah pengangkatan rahim.