Untuk apa sains material? Untuk memberi nilai tambah terhadap bahan alam Indonesia, sehingga berguna bagi kehidupan dan kemanusiaan. Foto : Indonesia berlimpah nikel (sumber: duniatambang. co. Id)
Oleh MUHAMAD AM
SELAMA ini orang sudah sering membicarakan tentang biodiversity di Indonesia, yang nomor 2 setelah Brazil. Sering disebutkan juga tentang keragaman budayanya, volume air laut yang berada dalam wilayahnya, cuacanya yang ramah, dan banyak lagi.
Yang jarang disebut adalah kerak buminya yang juga luar biasa kaya. Kita baru sadar, setelah Eropa mempersoalkan Indonesia yang tidak lagi mengekspor nikel mentah ke sana, padahal Eropa sangat membutuhkannya untuk mobil listrik mereka.
Di negara Belanda, misalnya, mungkin ada nikel, tapi di kerak bumi yang dalam. Mengapa demikian? Karena yang ada di dekat permukaan bumi, adalah unsur yang ringan, dalam periode 2 tabel periodik (litium, karbon, oksigen dalam bentuk beragam oksida, garam nitrat, dll.), atau periode 3 seperti natrium, magnesium, silikon (pembentuk pasir), fosfor, belerang (a.l. dalam bentuk fosfat dan sulfat), dll. Kalaupun ada unsur periode 4, paling-paling yang ada di sebelah kiri, seperti kalsium, pembentuk kapur.
Mengapa logam transisi periode 4 dan logam-logam yang lebih berat ada di bagian bumi yang lebih dalam? Karena ketika bumi masih cair, yang bermassa jenis tinggi turun ke dalam bumi. Lalu mengapa di Indonesia, semua itu ada di dekat permukaan bumi?
Indonesia adalah pemilik gunung berapi terbanyak di dunia, sehingga disebut ring of fire. Gunung berapi itulah yang memuntahkan logam-logam berat, dari bagian bumi yang dalam, walau tentu ada faktor penyebab lainnya. Tantangan bagi kita adalah, bagaimana membuat semuanya bermanfaat bagi kehidupan dan kemanusiaan.
Presidium Konsorsium Sains Material dan Satuan Koordinasi
Lima alinea di atas merupakan pengantar yang dibacakan pada awal acara Peluncuran Konsorsium Pengembangan Sains Material, pada hari Jumat, 11 Maret 2022, sebelum pembukaan acara peluncuran oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasonal (BRIN), Dr. L.T. Handoko. Sekitar sebulan setelah peluncuran, pada Sabtu pagi kemarin, 9 April 2022, dilakukan kegiatan Kickoff Meeting Konsorsium Pengembangan Sains Material, dipandu oleh Wakil Ketua PSI, Dr. Ariadne Juwono.
Hadir pada pada kickoff meeting itu, tiga kepala organisasi riset (OR) dalam BRIN, yaitu OR Nanoteknologi dan Material, Prof. Ratno Nuryadi, OR Energi dan Manufaktur, Haznan Abimanyu, Ph.D., dan OR Elektronika dan Informatika, Dr. Budi Prawara, bersama beberapa kepala pusat riset di bawah OR tsb.
Hadir pula President atau Ketua Umum 4 himpunan keilmuan yang kuat di Indonesia, yaitu Himpunan Kimia Indonesia (HKI), Masyarakat Komputasi Indonesia (MKI), Material Research Society of Indonesia (MRS-id), dan Physical Society of Indonesia (PSI), berturut-turut Prof. Hamzah Fansuri, Prof. Harno Dwi Pranowo, Prof. Khairurrijal, dan Prof. Wahyu Srigutomo.
Bersama pimpinan BRIN dan scientic societies di atas, kickoff meeting dihadiri pula oleh dekan dan/atau wakil rektor 9 perguruan tinggi pendukung Konsorsium Pengembangan Sains Material, yaitu IPB, ITB, ITS, ITERA, UNAIR, UGM, UI, UNJ, dan UP, dengan ketua dan sekretaris presidium berturut-turut Prof. Khairurrijal (President of MRS-id) dan Prof. Muktiningsih (Dekan FMIPA UNJ).
Pada kickoff meeting itu, dibentuk satuan koordinasi konsorsium, yang anggotanya ditunjuk oleh masing-masing lembaga. Satuan itu bertanggung jawab untuk mengeksekusi kebijakan yang ditetapkan oleh Presidium Konsorsium.
Dalam waktu dekat, satuan koordinasi konsorsium akan melaporkan pengembangan standar, panduan, SOP, dan dokumen pendukung lainnya, kepada Presidium Konsorsium, untuk ditetapkan sebagai perangkat pengelolaan konsorsium. (Bersambung)