Seide.id -“Jangan tanya makna lukisan
biarkan saja irama lukisan itu
rembes di alam rasa anda.”
Sepenggal kalimat yang sarat makna itu dilontarkan Agus Budiyanto Aquarelle, saat membuka dan meresmikan pameran lukisan cat air karya Kinkin dan Ratih Kusuma Wardhani di Museum Basoeki Abdullah.
Pameran yang bertajuk “Human and Nature” itu berlangsung sejak 10-23 November 2022, dan akan diselingi workshop melukis dengan cat air oleh Kinkin.
Membaca judul pameran “Human and Nature” di Museum Basoeki Abdullah, membuka ingatan kita akan sosok Basoeki Abdullah itu sendiri. Kepiawaian Basoeki Abdullah dalam menggarap figur atau sosok tidak diragukan lagi. Bahkan setiap figur yang dilukisnya terasa lebih indah dari aslinya. Dan tentu saja menyenangkan sang model itu.
Basoeki Abdullah mampu menangkap inner beauty setiap model yang digarapnya, meskipun dengan goresan yang sederhana. Keahlian Basoeki Abdullah tidak hanya melukis wajah/figur/human, tapi banyak tema pemandangan juga, dan hasilnya sama baiknya dengan lukisan figur. Tema-tema pemandangan alam yang dulu disebut Mooi Indie sebenarnya di zaman penjajahan Belanda.
Tema Human & Nature yang ditampilkan oleh Kinkin dan Ratih Kusuma Wardhani tentu saja mewarisi semangat Basoeki Abdullah dalam berkarya selama hidupnya.
Kinkin dengan penguasaan anatomi yang baik membuatnya sangat mudah untuk mendokumentasikan setiap objek ke dalam bidang gambarnya. Dengan teknik mblobornya membuat menarik setiap objek yang digarapnya, dan hal ini mengingatkan pada karya sketsa dokumenternya Henk Ngantung. Di mana pada saat itu Henk Ngantung memotret/mendokumentasikan peristiwa bersejarah ‘Perjanjian LInggarjati dan Perjanjian Renville’ dengan sketsa secara langsung. Tentu saja nilai historisnya sangat tinggi apa yang telah dikerjakan oleh Henk Ngantung saat itu.
Kinkin, seorang pemuda dengan kemampuan anatomi dan sapuan kuas yang di atas rata-rata mencoba mendokumentasikan photo-photo sejarah (kegiatan bung Karno) dengan media cat air. Goresan serta sapuan kuas yang penuh keyakinan mampu membius pemirsa untuk berlama-lama menikmati keindahannya.
Kinkin, Henk Ngantung, dan Basoeki Abdullah tidak dapat dibandingkan, karena mereka telah mengambil perannya pada masanya sendiri.
Semoga apa yang telah mereka kerjakan memberi inspirasi positif bagi dunia seni rupa Indonesia.
Karya-karya Ratih Kusuma Wardhani tidak kalah bobotnya dalam menampilkan keindahan alam Indonesia ke dalam bidang gambar. Dia menyadari betul, bahwa melukis pemandangan bukan sekadar memindahkan atau membuat potret tentang alam, melainkan gambaran dari pelukis tentang alam yang diamati, menyerap energi, dan menampilkannya dalam sebuah bidang gambar dengan penuh penghayatan.
Terasa sekali kemegahan objek alam yang ditampilkan memberi kesejukan dan perasaan damai. Seperti era Mooi Indie yang banyak menampilkan keindahan alam Indonesia sehingga memberi rasa tenang dan damai bagi yang melihatnya. Bukan hal mudah memindahkan objek alam yang mampu memberi kesan dan perasaan tenang, jika sang pelukis tidak mengamati secara dalam dan mengungkapkan ekspresi yang didapatnya.
Museum Basoeki Abdullah, Kinkin dan Ratih telah menorehkan langkahnya bagi dunia seni rupa Indonesia secara nyata. Semoga Museum Basoeki Abdullah tetap konsisten dengan memberikan ruang dan kesempatan kepada seniman-seniman muda yang bertalenta untuk berapresiasi hingga mampu memberi inspirasi bagi dunia seni rupa itu sendiri.
Bromo Mount, 38 x 56 cm, Watercolors on Arches Papers, 2022
Sunda Kelapa Harbour, 38 x 56 cm, Watercolors on Arches Papers, 2022
(Jan Praba)