‘Klithih’, Antara Kenakalan Remaja dan Proses Rekrutmen

Masalah sosial di kota Jogya. Genk atau kelompok, namun tidak jelas arahnya. Terobsesi untuk menjadi jagoan yang fenomenal sehingga memperoleh pengakuan jati diri dari kelompoknya dan kelompok lain, termasuk keinginan untuk menjadi legenda meskipun cela.

Oleh YUDAH PRAKOSO

KLITHIH adalah sebuah fenomena sosial di Yogyakarta. Semacam premanisme.dimana korbannya dipilih secara acak. Diyass…diyess…..diyass…diyesss.  Orang yang tidak bersalah dan tidak tahu apa apa bisa menjadi korban. Luka-luka…iyaaaa…bahkan ada yang meninggal dunia. Beberapa hari lalu ada seorang siswa SMA di Jogja yang menjadi korban klithih. Meninggal. Media massa dan media sosial hingga hari ini ramai mengabarkan peristiwa ini.

Saya mengenal kata “klithih” sejak tahun 2015 akhir dari salah satu mahasiswa saya di sebuah perguruan tinggi swasta. Ketika itu kami sedang membahas peristiwa dan fenomena yang aktual dan faktual di lingkungan terdekat. Yogyakarta. Salah satu mahasiwa semester 3 itu mengetengahkan fenomena klithih.

Saya tidak perlu membahas soal bagaimana klithih itu beraksi termasuk ciri-cirinya. Mereka yang menjadi pelakunya biasanya anak muda remaja, usia belasan tahun, dengan sepeda motor dan membawa senjata tajam atau benda keras lainnya, biasanya terbuat dari logam.Mereka mencari sasaran secara acak, meskipun tidak menutup kemungkinan korban adalah target. Sangat meresahkan. Biasanya beraksi pada malam hari hingga menjelang subuh.

Beberapa hari lalu saya bertemu kawan saya. Namanya Aryo Salugu. Dia pernah menempuh studi di Departemen Antropologi UGM. Kami ngobrol soal klithih ini. Klithih adalah kosa kata Bahasa Jawa, Artinya melakukan sesuatu untuk melepas kebosanan, doing nothing yang penting refreshing. Kira-kira begitu. Hasil obrolan itu saya tuangkan dalam tulisan ini.

Ada beberapa perkiraan penyebab fenomena klithih. Yang pertama mungkin klithih dipengaruhi oleh kebiasaan anak ketika bermain game GTAGrand Theft Auto, yaitu sebuah permainan video aksi petualangan.

Permainan ini memungkinkan pemain untuk mengambil peran sebagai seorang penjahat yang berkeliaran dengan bebas di sebuah kota. Permainannya memukul bahkan membunuh setiap orang yang ditemuinya. Seolah menjadi seorang jagoan. Saya sendiri sempat khawatir ketika anak saya yang saat itu masih duduk di Sekolah Dasar hampir setiap hari memainkan jenis game ini melaui alat elektronik Play Staytion miliknya. Saya dan Ibunya sangat keberatan dengan jenis game ini, karena jenis game ini 100% kekerasan. Beruntung….tidak lama…dia bosan dan berganti dengan kesenangan barunya.

Yang kedua, klithih adalah sebuah persoalan sosial di kota-kota besar. Genk atau kelompok, namun tidak jelas arahnya. Terobsesi untuk menjadi jagoan yang fenomenal sehingga memperoleh pengakuan jati diri dari kelompoknya dan kelompok lain, termasuk keinginan untuk menjadi legenda meskipun cela.

Yang ketiga, klithih adalah sebah proses rekrutmen tanpa diketahui dan disadari oleh pelakunya. Ada kelompok-kelompok yang membutuhkan para pelaku klithih atau eks pelaku klitih untuk sebuah kegiatan. Kegiatan itu bisa bermacam-macam, bisa kegiatan dalam kelompok atau lembaga formal maupun informal. Bisa berlatar belakang ekonomi bisnis –  komoditi, usaha simpan pinjam, jasa keamanan, perdagangan barang termasuk bat terlarang, gerakan radikal, dan sebagainya.

Dalam konteks ini para pelaku atau mantan pelaku klithih yang telah dianggap memenuhi syarat akan direkrut dengan cara mereka. Tujuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah dengan cara-cara khusus atau dijadikan bagian dari organisasi itu ketika dibutuhkan.

Selanjutnya, Fenomena Gali

SEIDE

About Admin SEIDE

Seide.id adalah web portal media yang menampilkan karya para jurnalis, kolumnis dan penulis senior. Redaksi Seide.id tunduk pada UU No. 40 / 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Opini yang tersaji di Seide.id merupakan tanggung jawab masing masing penulis.