Kalau kita tarik ke belakang fenemona klithih ini mempunyai sejarah yang cukup panjang. Mungkin klithih tidak jauh beda dengan fenomena “gali” atau preman khas Jogjakarta. Tahun 70 an di kampung-kampung kota Yogyakarta muncul genk-genk anak muda. Waktu itu sering terjadi tawuran antar kampung kota, kampung A melawan kampung B, tak jarang mereka menggunakan senjata tajam. Ada korban luka-luka, ada pula yang sampai meninggal. Karenanya munculah juara, ada daftar nama-nama kampung kota yang sangat ditakuti.
Dari situ muncul nama-nama pentolan genk dari beberapa kampung kota. Fenomena ini populer dengan sebutan “gali” akronim dari gabungan anak liar.
Selain perkelahian, tidak sedikit para gali ini yang menjadi penguasa daerah. Mereka mencari penghasilan dengan cara meminta setoran dengan dalih uang keamanan kepada para pengusaha dan pedagang. Bahkan menjadi penguasa di beberapa lokalisasi PSK, tempat-tempat parkir, tempat hiburan, tempat keramaian, pusat perbelanjaan, tidak sedikit yang menjadi body guard para pengusaha, dan sebagainya. Namun banyak juga yang bekerja secara baik seperti menjadi calo perusahaan angkutan untuk mendapatkan penumpang, menjual bensin eceran, jasa tambal ban, penjual SDSB, berjualan makanan, buka warung, dan lain-lain.
Tahun berjalan, gali terus eksis. Musim Pemilihan Umum tiba. Pada pemilihan umum 1977 banyak para gali direkrut oleh Partai Politik. Ada yang masuk Golkar, ada yang masuk PPP, banyak pula yang masuk PDI. Mereka menjadi pasukan garda depan dalam setiap kampanye. Tak jarang terjadi gesekan dan perkelahian antar parpol. Fenomena ini terus berjalan hingga Pemilu 1982.
Usai pemilu 1982 muncul gerakan Petrus atau Penembak Misterius. Tujuannya adalah pembersihan. Tidak sedikit jumlah gali yang ditembak dan mati secara misterius. Aksi petrus ini sempat membuat keder para gali. Angka kejahatan dan kriminalitas berkurang signifikan. Tidak sedikit para gali yang berlindung di balik elit partai politik, agamawan, dan orang-orang berpengaruh yang mempu memberi pekerjaan sebagai penyambung hidup. Pemilu 1987 ketika peta politik Orde Baru berubah, peran para gali dapat di minimalisir demikian juga pada Pemilu-Pemilu berikutnya.
Pada akhir tahun 80 an dan 90 an hingga awal 2000 an muncul genk-genk motor baru. KoMasih ada aroma kekuatan partai politik orde baru dalam masa itu. Sebut saja kelompok Joxin, Qsruh, dan TRB adalah wajah baru meskipun masih terkesan metamorfsa dari premanisme sebelumnya. Namun peran mereka bukan sebagai pemeras, atau pelaku kriminal semacamnya. Mereka ini adalah murni genk motor yang masing-masing menunjukkan kekuatannya. Gesekan dan bentrokan yang murni berlatar belakang adu kekuatan dan harga diri kelompok sering terjadi.
Masih ada gejala pentolan-pentolan mereka digunakan oleh Parpol peserta Pemilu meskipun itu tidak signifikan. Masing-masing seolah seperti “clan” yang harus dijaga kehormatan dan keberadaannya oleh anggota masing-masing genk.
Selanjutnya, Kecu dan Jago Kepruk