‘Klithih’, Antara Kenakalan Remaja dan Proses Rekrutmen

KITA MUNDUR ke zaman Kesultanan Mataram Islam pada pemerintahan HB VII hingga HB VIII . Keberadaan “jago kepruk” semacam itu sudah mulai diperhitungkan, bahkan tidak sedikit yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tokoh untuk mengacau Pemerintah Kolonial. Ada yang menyebutnya sebagai “Kecu”. 

Menurut sejarahnya “kecu” adalah perampok orang asli Jawa di zaman kolonial. Hal ini bukan berarti bahwa kecu itu berkonotasi negatif atau jelek. Keberadaannya dibutuhkan oleh masyarakat Jawa saat itu dimana atas peran kecu menjadi semacam alat “langkah-langkah tekanan moril bagi pemerintah kolonial”.

Suasana senyap di Jogya dinihari menjadi area aksi bagi pelaku klithih

Para kecu ini merampok hasil-hasil pertanian milik pemerintah kolonial untk kesejahteraan masyarakat pribumi yang penuh penderitaan. Perannya hampir mirip-mirip legenda Robinhood di Inggris.

Klithih yang sejak tahun 2015 itu mulai eksis di Yogyakarta keberadaannya masih misterius. Apakah itu murni kenakalan remaja seperti dalam persaingan antar genk, atau karena pengaruh “game” yang marak sejak tahun 2000 an baik offline maupun online, aktivitas menolak kemapanan, obsesi untuk menjadi “juara”, atau persoalan sosial remaja di kota besar dalam budaya transisi, atau klithih salah satunya adalah bagian dari proses rekrutmen yang tidak nampak di permukaan? ***


*Tulisan ini berupa opini yang diperoleh dari proses pengamatan langsung dan tidak langsung dari masa ke masa di Yogyakarta dan obrolan.

SEIDE

About Admin SEIDE

Seide.id adalah web portal media yang menampilkan karya para jurnalis, kolumnis dan penulis senior. Redaksi Seide.id tunduk pada UU No. 40 / 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Opini yang tersaji di Seide.id merupakan tanggung jawab masing masing penulis.