Seide.id – Tidak harus berteriak atau bicara keras, jika kita berjauhan. Lebih baik kita mendekat. Sungguh asyik itu bicara pelan tapi jelas. Kita bicara dari hati ke hati.
Tidak harus bicara ngotot atau bersitegang, jika tidak sependapat. Alangkah elok, jika kita bersikap arif bijaksana untuk mufakat.
Tidak harus ngambek, berdiam diri, dan mutung. Karena semua itu tidak menyelesaikan masalah. Mari, kita bicara dengan hati, maka tidak ada masalah yang tidak terpecahkan. Selalu ada solusi, jika kita mau mengalah, sehingga semua itu pun bakal teratasi.
“Mari, kita bicara dengan hati untuk saling memahami,“ adalah solusi jitu untuk atasi apa pun masalah dan sikonnya.
Ilmu itu saya terima dan pahami, untuk dipraktekkan, ketika saya dibekali dalam pelatihan merawat atau mengurus jenasah (pulasara).
Bicara dengan orang yang sudah meninggal?
Ya! Tidak harus takut, grogi, atau dihindari. Karena kelak kita juga bakal mati.
Jangan bilang orang yang sudah meninggal itu tidak bisa diajak bicara. Sesungguhnya, orang yang meninggal itu rohnya belum pergi meninggalkan jasadnya. Saya dan tim telah mempraktekkan hal itu. Kita berbicara seperti orang itu masih hidup.
Sebagai contoh, ketika jasad itu hendak dikenakan baju. Dari semula lengannya kaku, kita minta tolong untuk dilemaskan agar mudah mengenakannya.
Ketika wajah jasad seorang ibu itu tampak cemberut, kita minta tolong untuk tersenyum agar mudahkan meriasnya, sehingga wajah itu jadi cantik.
Banyak kasus lainnya juga dapat diselesaikan secara baik dengan berbicara dari hati ke hati.
Jika orang yang sudah meninggal itu dapat diajak berkomunikasi dengan baik, apalagi kita yang dianugerahi hidup.
Teruslah merajut komunikasi yang baik dari hati ke hati agar kita makin bijaksana dan bahagia.
…..
Mas Redjo /Red-Joss