Masa Depan Kita

Oleh Erizeli Jely Bandaro

Tahun 2019, Menurut Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), stok utang global hampir sepertiga lebih tinggi dari tahun 2008 dan lebih dari tiga kali produk domestik bruto (PDB) global. Apa penyebabnya ? CLO atau Collateralized Loan Obligation. Kalau tahun 2008 pasar keuangan ambruk karena MBO ( Collateralized Mortgage Obligations) maka tahun 2019 tumbang karena CLO. Padahal CLO dan MBO itu sama saja. Sama sama product derivative. Hanya bedanya CLO swasta dan negara sama sama main.

Mengapa itu sampai terjadi? karena pertumbuhan global sangat bergantung pada pelonggaran kebijakan moneter yang luar biasa dan ekspektasi jangka pendek dari kenaikan nilai aset. Itu justru mempercepat jatuh kelubang resesi. Karena perusahaan besar tidak lagi sibuk melakukan investasi baru malah sibuk melakukan merger, akuisisi , pelepasan saham di bursa. Sementara tingkat utang perusahaan yang tinggi dapat memperbesar penurunan ekonomi, utang negara yang tinggi membatasi ruang kebijakan fiskal, menghambat respons kebijakan dan berpotensi menunda pemulihan.

Dunia sudah berada diatas puncak krisis yang no solution. Berbeda dengan krisis sebelumnya. Tidak ada solusi mengatasi jatuhnya pasar uang karena CLO. Apalagi ruang solusi dalam bentuk suku bunga sudah tidak mungkin lagi. Karena bunga sudah sangat rendah. Teman saya di NY berkata “ kapitalisme selalu ada cara untuk bisa keluar dari krisis. Akan selalu ada invisible hand. “ Benarlah penghujung tahun 2019, Pandemi COVID 19 terjadi di China dan selanjutnya merambah keseluruh dunia. Dunia dipaksa melakukan penyesuaian ekonomi dengan cara sosialis lewat QE dan burden sharing.

Lewat QE dan Burdeh sharing, negara menyelamatkan CLO dari gagal bayar dan menambah uang beredar lewat pajak yang diambil dimuka. Korporat selamat, negara selamat, rakyat dimasa depan yang harus membayar semuanya. Semua berkat COVID-19. Kalau tidak ada covid, entah apa excuse yang harus dibuat agar negara punya kekuatan politik melakukan penyesuaian ekonomi. Itulah sistem. What next ? Gaya hidup harus berubah karena hidup dimasa depan akan semakin sulit kalau tetap rakus. Barang dan jasa mahal karena merek atau prestige sudah tidak ada ruang lagi. Hidup harus kerja keras agar penghasilan besar mendatangkan pajak bagi negara. Namun makan harus sedikit padat gizi. itulah masa depan kita.

Avatar photo

About Erizeli Jely Bandaro

Penulis, Pengusaha dan Konsultan