Mbak Puan Dilaporkan

Mbak Puan Dilaporkan

Mbak Puan berakting sebagai Petani, Tukang, Pembantu rumah Tangga dan Pelempar ”kaos”jumroh.

Mbak Puan dilaporkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pelapornya ada tiga orang. Seorang petani padi, seorang pembantu rumah tangga dan seorang pelempar jumroh. Mbak Puan dilaporkan karena telah menghina profesi mereka. Ketiga orang yang hidupnya susah itu, menjelaskan kepada penegak hukum bahwa selama ini mereka telah bekerja serius, sunggh-sungguh dan hidup dengan segala jerih payah mereka. 

Seorang petani padi memaparkan, bahwa dibutuhkan waktu selama 70 hingga 84 hari sejak menanam padi hingga panen. Tapi jika menanam padi tidak sungguh-sungguh, tak hanya padi yang lama panen, tapi juga akan ditertawakan Kelompok Petani Dunia. Merek akhawatir dikecam karena telah dengan seenaknya mengubah cara menanam padi dengan cara maju. 

“ Ini tidak hanya menginajk-injak harkat dan martabat petani sejati, tetapi mereka telah mendengar isak tangis padi yang diinjak Mbak Puan.  Setiap malam, kami mendengar padi-padi itu menangis. “ Sungguh keterlaluan nduk hidupmua, dikunjungi pejabat seperti Mbak Puan malah hidupmu diinjak-injak sedemikian rupa”, ujar petani itu menangis.

Tidak Ikhlas

Demikian pula pembantu rumahtangga yang merepresentasikan dirinya sebagai perempuan yang selalu merawat di dapur.” Meski kami ini hidup dan bekerja di dapur selama 24/7, namun majikan kami tetap meminta kami untuk bekerja dengan senyum,” ujarnya. “ Tapi saat mbak Puan datang dan majikan kami melihat Mbak Puan bekerja dengan manyun, tanpa senyum, maka sepanjang 42 tahun usia kami bekerja di dapur, kami langsung tak dianggap serius. Kami langsung dituduh bekerja tidak ikhlas. Itu sungguh  penderitaan. Itu pak yang kami sedihkan,” papar ibu RT ( rumah Tangga) dengan isak tersengal-sengal. 

“ Bapak bisa bayangkan, kami yang sudah susah ini, dianggap main-main. Menjadi orang susah, orang melarat itu tidak mudah bapak. Jadi tolonglah bantu kami menyadarkan para tokoh masyarakat untuk tidak mengikuti jejak kami. “ Hidup kami ini selain susah, melarat, tapi kami jalani dengan sungguh-sungguh. Jadi tolonglah bapak agar posisi kami ini dihormati. jagan dibuat main-main. Jangan anggap kami menjalani hidup tidak serius dan ikhlas. 

Penyidik itu mendengarkan dengan mata nanar. Lalu pandangannya tertuju pada seorang lelaki tegap memakai gamis putih-putih seperti laiknya orang naik haji. 

“ Dan kamu juga ikut melaporkannya,” kata Penyelidik kepada Pelempar Jumroh. 

“ Begini, pak Sidik,” kisah Pelempar Jumroh ini dengan khitmad, kepada Penyidik. 

Tidak Menjiwai

Sebagai orang beragama, sebelum kami menunaikan kewajiban kami melempar jumroh, kami wajib membaca 1,000 ayat di Kitab Suci agar yang kami lakukan,  yakni mengusir setan yang bersemayam di hati kami dengan melempar kerikil dan batu ini dengan sungguh-sungguh agar setan benar-benar terkena lemparan dan akhirnya mati.

Tapi, Mbak Puan telah meremehkan para setan itu dengan melempar kaos tanpa menengok sedikitpun. Itu membuat para setan bukan takut malah cekikikan melihat tingkah Mbak Puan. Kami khawatir pak Sidik, semua setan itu nanti di dunia maupun di surga tatkala jumpa kami, pasti juga akan tertawa cekikan. 

Itu yang membuat kami bertiga ini melaporkan hak asasi kami yang secara tidak serius telah diperbuat oleh Mbak Puan. Yang mendemonstrasikan pekerjaan kami sebagai orang susah ini tanpa penghayatand an tidak serius.  

Penyidik itu memperhatikan ketiga orang susah itu dan tiba-tiba membalikkan tubuhnya, sembari tertawa kecil cekikikan, agar tak terlihat oleh ketiga pelapor itu…..

BACAAN LAIN

Pertanian Masa Depan: Otomatisasi Pertanian

Dari Mana Datangnya Kasih Sayang?

HUKUM LOA: Kita Akan Memperoleh Apa Yang Kita Cari

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.