Mengagumi Relasi Manusia dan Alam – Menulis Kehidupan 231

Foto : Jill Wellington/ Pixabay

Manusia hanya bisa hidup dari alam lingkungan ini. Bahkan dipercayai, awal mulanya manusia tercipta dari debu tanah, dan faktanya akan kembali ke tanah.

Tanpa kita manusia, alam lingkungan lestari dengan hukumnya. Tanpa alam lingkungan, manusia mati dan punah. Maka, manusia harus menjalin relasi harmonis dengan alam lingkungan, demi kelanjutan kehidupan pribadi. Bumi ini Ibu, Langit itu Bapa, isi alam semesta adalah sanak saudara. Saya tuliskan kekaguman relasi itu dalam sajak:

Bercanda Menghibur Mentari Senja

Duduk di hamparan pasir
kusaksikan gelombang lautan bergelora
hempaskan ombak di pasir
besar kecil berkali-kali
dan terjadi sepanjang hari
Ada nelayan menebar jala
ada yang melepas pukat
Dan
anak-anak bercanda ria
lari mengiringi senja pergi
sambil foto abadikan aksi

Wajah mentari senja murung
ada kabut hitam mengurung
mungkin hujan segera turun
karena angin terasa dingin
Pesona cahaya indah senja
hari ini tidak kelihatan
Senja berjalan kelelahan
kembali ke pelukan samudera
agar lekas lepaskan penat
sepanjang hari jalan berkelana
pancarkan sinar lintas kathulistiwa
lerai aneka problem manusia
yang berkelahi dengan waktu

Anak-anak bercanda ria
menghibur lara mentari senja
mereka tampilkan aneka gaya
Tertawa, menari, berlari melompat
membelai wajah senja
Memeluk dan menciumnya
Mengurai dan pintal rambutnya
Semua gaya aksi dibuat
menghibur duka lara senja
yang pulang memeluk samudera
Anak-anak ceria gembira
senja pulang tanpa kata

Senja hilang ditutup awan
gulita malam datang perlahan
Anak-anak berjalan pulang
aku sendirian temani ombak
saksikan tarian ajaib lestari
Mengagumkan kreasi anak-anak
banyak aksi menghibur senja
mereka peduli pada senja
seperti sahabat dan saudara
Butiran pasir gendong telapaknya
ombak terus setia menari
iringi senja dipeluk samudera
Pesona relasi sesama ciptaan
manusia dan alam semesta

Simply da Flores Harmony Institute

Mengagumi Pesona Alam – Menulis Kehidupan 191