Mengenal Gamelan Jawa dari Sisi Sejarah

Seide.idJakob Sumardjo dalam bukunya yang berjudul Filsafat Seni menyebut bahwa pengertian karya seni adalah sebuah benda atau artefak yang dapat dilihat, didengar atau dilihat sekaligus didengar.

Merujuk ke pemaparan tersebut, gamelan Jawa dapat dikategorikan sebagai sebuah karya seni.

Bagaimana sejarah gamelan?

Menurut pendapat R.T. Warsodiningrat dalam bukunya Serat Weda Pradangga, dalam mitologi Jawa gamelan diciptakan oleh Batara Guru pada 167 Saka (230 M).

Batara Guru sendiri merupakan dewa yang memerintah sebagai raja seluruh Jawa dari sebuah istana di Wukir Mahendra Giri di Medang Kamulan (sekarang menjadi Gunung Lawu).

Batara Guru menciptakan gong sebagai sinyal untuk memanggil para dewa dan untuk pesan yang lebih kompleks, kemudian beliau mencipta dua gong lainnya sehingga membentuk satu set gamelan utuh.

Bagaimana asal-usul nama gamelan?

Terkait asal-usul nama gamelan yang masih sebatas dugaan, Ki Hadjar Dewantara mencoba memberikan hasil analisisnya Ia mengatakan bahwa gamelan berasal dari kata “gembel”.
Gembel adalah alat untuk memukul. Instrumen itu dibunyikan dengan cara dipukul-pukul.

Benda yang sering dipukul namanya pukulan, benda yang sering diketok namanya ketokan atau kentongan, dan benda yang sering digembel namanya gembelan.

Kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Dengan kata lain, gamelan merupakan benda yang dihasilkan dari perunggu yang digembel-gembel atau dipukul-pukul.

Unsur-unsur gamelan

Gamelan bukanlah satu jenis alat musik atau instrumen melainkan gabungan dari beberapa alat musik sehingga menghasilkan suatu harmoni dalam seni pertunjukan gamelan atau yang lebih dikenal sebagai seni pertunjukan karawitan.

Dalam buku Bagaimana Bermain Gamelan yang ditulis oleh Soeroso disebut bahwa gamelan ditinjau dari segi peralatannya terdiri dari:

  1. Rebab; 2. Gender Barung; 3. Gender Penerus; 4. Suling; 5. Gambang; 6. Kendhang; 7. Bonang Barung; 8. Bonang Penerus; 9. Slenthem; 10. Saron Demung; 11. Saron Barung; 12. Saron Penerus; 13. Kethuk Kempyang; 14. Kenong; 15. Kempul; 16. Gong Suwukan; 17. Gong Kemodhong; 18. Gong Besar atau Gong Gedhe; 19. Engkok Kemong; 20. Kemanak; 21. Kecer; 22. Clempung; 23. Keprak dan Kepyak.

Nilai-nilai yang terkandung pada gamelan

Timbul Haryono dalam bukunya Sejarah dan Makna Gamelan menjelaskan bahwa seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi masyarakat Jawa, sebab gamelan Jawa merupakan salah satu seni yang diwariskan oleh pendahulu dan masih digemari hingga kini.

Bagi masyarakat Jawa, gamelan memiliki fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral, dan spiritual. Permainan gamelan yang dilakukan banyak orang menunjukkan adanya sikap gotong-royong.

Koentjaraningrat menyebut tiga tata nilai yang didasari masyarakat Jawa dalam melakukan gotong-royong, antara lain:

  1. Seseorang harus sadar bahwa hidupnya bergantung pada orang lain. Seseorang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan oleh karena itu harus menjalin hubungan baik dengan siapapun
  2. Seseorang harus senantiasa bersedia membantu sesama
  3. Seseorang harus bersifat konform. Artinya, seseorang harus selalu ingat bahwa sebaiknya jangan berusaha menonjol atau melebihi orang lain dalam kehidupan masyarakat (hal ini dapat dikaitkan dengan manajemen permainan gamelan, tidak baik jika dalam mengiringi gendhing salah satu instrumen mendominasi instrumen yang lain).

Oleh: Khoirunnis Salamah

Mengenal Candrasengkala

Mengenal Masjid Era Transisi Hindu-Islam di Kudus

SEIDE

About Admin SEIDE

Seide.id adalah web portal media yang menampilkan karya para jurnalis, kolumnis dan penulis senior. Redaksi Seide.id tunduk pada UU No. 40 / 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Opini yang tersaji di Seide.id merupakan tanggung jawab masing masing penulis.