Seide.id – Beberapa waktu lalu, sahabat, Jun, Kurniawan Junaedhie, japri, katanya Adri, Adri Darmadji Woko, bicaranya cedal. Saya langsung asosiatif, ini awal ada gangguan pembuluh darah otak.
Saya langsung merespons, segera menelpon Adri, dan menyampaikan agar secepatnya ke RS PON (Pusat Otak Nasional) di Cawang. Adri langsung bergegas diantar puteranya, dan sore harinya memberitahu kalau dari hasil pemeriksaan CT-scan, ditemukan adanya gangguan salah satu cabang pembuluh darah otak. Pada kasus Adri, mengenai bagian pembuluh darah otak yang mengurus fungsi bicara. Maka gejala awalnya, bicaranya cedal. Waktu di telpon, saya agak menangkap artikulasi Adri agak kurang nyata. Sebelumnya saya sampaikan kepada Jun, kalau kasus gangguan pembuluh darah otak perlu bersegera dibawa ke RS, karena dikejar oleh “golden hour“, makin dini diatasi, makin besar harapan kesembuhan, atau terbebas dari gejala sisa, kelumpuhan atau kecacatan lainnya akibat matinya bagian otak yang tidak mendapatkan pasokan darah oleh adanya sumbatan pembuluh darah otaknya.
Tidak harus menunggu gejalanya sudah muncul penuh, mengejewantah penuh, justrtu lebih penting mengenali gejala yang masih paling awal, yang belum nyata, ya, seperti keluhan bicara cedal. Gejala awal lainnya, menulis semakin buruk, koordinasi lengan dan jari kurang tangkas dan terampil, misal mengancing baju kurang terampil lagi, juga memakai sandal jepit lucut-lucut melulu, atau berjalan tidak bisa mempertahankan lurus, atau keseimbangan tubuh tidak stabil, atau tiba-tiba penglihatan sejenak seperti gelap, atau wajah tampak tidak simetris.
Mengapa penting mengenali gejala awal, gejala masih dini, supaya gangguan pada otak belum terlanjur tidak bisa dipulihkan lagi. “Golden hour“-nya kurang dari 6 jam, atau 3 jam idealnya. Artinya dalam tempo dalam kisaran golden hour harus segera dilakukan tindakan infus untuk menggelontor pembuluh darah yang mungkin sudah, atau bakal tersumbat.
Keluhan dan gejala begini, perlu diwaspadai, terlebih pada mereka yang memiliki faktor risiko, yakni mereka yang mengidap darah tinggi, diabetes, kolesterol tinggi, merokok, malstress, atau stres hidup yang berkepanjangan, gemuk, kurang bergerak.
Dan harus diakui, teman-teman sastrawan, teman seniman umumya, berada dalam posisi berisiko demikian. Kita ikut mendoakan semoga Adri, salah seorang sahabat lawas, segera pulih, dan tidak sampai muncul hal-hal yang tidak diharapkan.
Informasi semacam ini, bagaimana mencegah penyakit yang sebetulnya tidak perlu terjadi, merupakan bagian dari konsep “Sehat Itu Murah” yang selama lebih 15 tahun saya membagikannya dalam buku, seminar, dan talkshow dengan judul ini.
Bahwa dengan memperoleh informasi bagaimana setiap penyakit yang sebetulnya bisa kita cegah, kita tidak perlu jatuh sakit. Dengan demikian ongkos berobat akibat penyakit sekiranya sampai terjadi, bisa kita hemat. Itu yang saya ingin bagikan untuk semua, untuk semakin banyak orang, oleh karena sesungguhnya, kecuali penyakit keturunan, penyakit apapun, tidak perlu terjadi kalau informasi ini masyarakat peroleh. Termasuk memberi tahu kepada semua orang bisa membatalkan serangan jantung, gagal ginjal, bahkan kanker sekalipun.
Optimis..
Dr Handrawan Nadesul