Foto : Kanenori/Pixabay
12 Desember 2022,
ketika sedang menulis memoar 30 tahun Tsunami Flores, saya membaca postingan di grup WA, bahwa Bang Remmy Silado meninggal dunia. “Selamat jalan Bang, semoga damai dalam keabadian – RIP”. Terkenang, saya hanya mengalami beberapa perjumpaan kecil dengan beliau; ketika ada kegiatan kesenian di Taman Ismail Marzuki, diskusi budaya dan seni di kampus, lalu ngopi bareng sekali. Selebihnya, berjumpa dengan karyanya, testimoni orang lain dan publikasi tentang karya Seni-nya di media.
Ada rasa haru atas perjuangannya di akhir usia, antara mau sembuh dari sakit dan sejumlah proses karya seni yang belum rampung. Antara lain, Novel yang sudah selesai dipikiran, tapi belum sempat selesai dituangkan ke media tulis. Pasti masih banyak ide karya seni dalam pikiran, yang mengalir dari mata air rasa dan hati sanubari. Maklum, beliau Sang seniman multi talenta. Hemat saya, beliau telah memberi bukti karya dan amal sebagai seniman bagi kemanusiaan dan peradaban. Saya memberi apresiasi, hormat dan kekaguman dalam ungkapan ini. Bang Remmy Silado adalah Sang Seniman Pelangi Kemanusiaan. Selamat jalan… Engkau pasti meraih keabadian Sang Seniman Agung – RIP.
Ungkapan terimakasih dan kekaguman itu, saya patrikan dengan sajak kecil berjudul:
Sang Seniman Pelangi
Gema lantunan suaramu
diabadikan suara angin semesta
dalam lagu rindu damba
lestari laksana gelombang samudera
menghempas seperti ombak
pada pantai kerinduan insani
Kata dan bait sajakmu
tertulis dalam ingatan pemirsa
terpatri pada jejak zaman
Lukisan sanubari jiwamu
Mewarnai nafas makna generasi
Memotret wajah suka duka
menoreh kanvas ziarah cinta
kisahkan makna warna cinta
Harmoni ide pikiranmu
memeluk keresahan zaman
mengobati kegalauan insan
Membuka mata batin
untuk melihat indahnya pelangi
Keanekaragaman itu berkat
Kebhinekaan itu rahmat
perbedaan itu kekuatan
untuk lahirkan kebahagiaan sejati
“Kita sesama saudara”
Kembalilah ke Matahari
Tulislah Novel Hakikat Sejati
kirimlah jadi cahaya bumi
agar dibaca anak generasi
Teruslah bernyanyi di angkasa
Gemakan lagu damba manusia
Jadi senandung simphoni insani
bersama purnama dan bintang
terangi galau pikiran bingung
Teruslah gerakkan jemari doa
Warnai ruang semesta
dengan pelangi ide kata
ubahlah jadi sabda alam
Patrikan jadi lukisan jiwa
Bersemi damai bagi manusia
yang masih terus berkelana
berjuang merajut makna
Manusia, kemanusiaan, kehidupan