Foto : Photobuzz/pixabay
Tidak ada manusia yang sempurna. Sekecil apa pun, setiap.orang bisa salah, keliru dan berdosa. Manusia memiliki keterbatasan dan kekurabgan kodrati.
Namun, soal menyadari kekurangan dan kesalahan pribadi, memang tidak mudah. Ada banyak faktor penghalang, misalnya pengetahuan dan oengenalan diri. Juga soal nilai dan kesadaran pribadi. Jadi, soal menyadari kesalahan, keholafan dan dosa pribadi, memang bervariasi sesuai dengan kpasatas diri.
Dalam perjuangan mengayam harkat martabat pribadi, ada dinamika perjuangan mengelola potensi diri, meminimalisir kekurangan dan kelwmahan, memperbaiki kesalahan, lalu menyesali keholafan serta dosa, sehingga bangkit berdiri memperbaiki untuk hidup lebih baik. Untuk perjuangan pribadi menjadi lebih bermartabat ini, saya tuliskan sajak tentang menyesali kesalahan pribadi, dengan judul:
Menyesal itu Berkah
Penyesalan selalu belakangan
Tetapi
penyesalan itu berkah
karena
masih bisa sadari khilaf
masih ada titik waras
atas salah keliru insani
dalam setiap jejak langkah
mengayam detak jantung
menghiasi detik desah nafas
dan meraih akhir nafas
Pada pilihan apa pun
yang dibuat diri pribadi
ada wajah lukisan paradoks
antara harapan dan fakta
antara kebutuhan dan keluhuran
antara ketakberdayaan dan kesempurnaan
Dalam energi ruang dan waktu
Kita harus memilih
Kita harus memutuskan
Termasuk
Memilih untuk tidak memilih
Memutuskan untuk tidak ada keputusan
Ketika ada salah keliru
kiranya ada kesadaran menyesal
Ketika sadari kekurangan dan salah
kiranya memohon maaf dan ampun
Ketika ada khilaf dan dosa
kiranya ada kemauan bertobat
Menyesali salah keliru itu berkat
Mau mohon ampun dan bertobat
itu rahmat kasih Ilahi
karena sadari kodrat pribadi
ciptaan istimewa tapi terbatas