SEKILAS INTRO
Kalau ada orang-orang yang “nasibnya” adalah menulis, mungkin aku termasuk di situ. Di FB aku sering menerima komen dari teman, bahwa aku “aya-aya wae”. Bosankah mereka akan tulisanku? Mbuh. Aku berpikir positif saja, bahwa mereka merasa heran, kenapa aku selalu punya bahan untuk menulis.
Aku memang biasa menulis apa saja, dari pengalaman sulit tidur hingga cuplikan kata bijak. Dari omelan terhadap keleletan pelayanan CS instansi hingga tebakan peribahasa. Atau fiksi mini 100 kata.
Tahun lalu aku agak serius. Sejak Mei sampai Desember aku menulis kasus orang yang mengalami dampak pandemi: dari guru hingga murid, dari dokter sampai tukang sol sepatu, dari pengusaha hingga tukang jualan di kios di pasar. Kisah-kisah itu, lebih dari 30, dalam waktu beberapa bulan sejak kisah terakhir, terbit menjadi buku berjudul “Kami dan Pandemi”.
Sebagai “seru-seruan” penerbit mengajakku tampil dalam zoom meeting dengan calon pembaca, yang notabene juga penulis. Daripada mengoceh tanpa tujuan atau hanya menjawab pertanyaan, aku memberi sedikit bobot ke dalam pertemuan itu dengan presentasi power point berjudul “Menulis Itu Asyik”.
Atas prakarsa penerbit juga, para peserta meeting tersebut ikut dalam acara NUBAR (nulis bareng) dengan aku. Hasilnya sudah ada, masih anget dari percetakan, yaitu buku antologi kumpulan cerpen berjudul “Sepenggal Kisah Kita” berisi 45 cerpen bertema relationship.
Sementara menunggu proses penerbitan buku itu aku tetap menulis di FB. Terbawa suasana, topikku tidak jauh-jauh dari pengalaman zoom meeting tadi, tentang asyiknya menulis, berseri pula.
Apakah ini serial pelajaran menulis? Bisa dianggap begitu. Walaupun, waktu menulis rasanya aku hanya berbagi pengalaman dan membumbuinya dengan tip, trik, saran. Atau sebaliknya, menulis tip, trik, saran, dan membumbuinya dengan pengalaman.
Btw ini sekilas intro buat seri “Menulis Itu Asyik” 1, 2, 3, dan seterusnya. Semoga berkenan.