Menunda itu hal biasa. Jika dilakukan terus menerus membuat kita semakin malas. Jangan sampai, sifat malas ini menjadi penyakit menahun, kronis, dan itu bahaya!
Ketika kita bilang, “sabar, ya”, “ntar dulu”, atau “besok deh,” berarti kita mulai mengulur-ukur waktu. Jika dibiarkan berlarut-larut berarti kita tidak komitmen, membuang waktu yang berharga, dan itu hutang!
Kenyataannya, banyak di antara kita yang mengganggap hal itu remeh dan sepele. Bahkan sering kali kita bersikap cuwek, masa bodoh, dan lalu melupakannya. Seakan kita ini tidak ada beban, masalah, apalagi rasa bersalah. Padahal, janji itu hutang yang harus ditepati!
Sekadar janji itu php, pemberi harapan palsu, dan itu menyakitkan jika tidak diwujudkan. Lebih bijak, kita belajar berani berterus terang dan memberi kepastian bisa atau tidak agar jelas untuk difahami. Dan batin kita juga tidak merasa terbebani.
Sekali lagi, janji itu bukan sebatas pemanis bibir. Komitmen itu harus dipertanggung-jawabkan & diwujud-nyatakan agar kita tidak kehilangan kepercayaan.
Kebiasaan menunda pekerjaan itu tidak baik. Jika dibiarkan berlarut, kita menjadi malas. Pekerjaan semakin menumpuk. Kita lalu dibelenggu oleh kemalasan untuk bergerak dan malas berpikir. Akibatnya, kita menjadi bodoh sendiri.
Lebih dari itu, ketika pekerjaan dibiarkan menumpuk membuat pikiran kita mudah suntuk. Kita stress dan mudah tersinggungan. Jiwa yang tertekan dan beban persoalan membuat kita mudah dimanfaatkan dan dipengaruhi orang lain. Ibarat kerbau yang dicocok hidungnya untuk dibawa ke pembantaian.
Ketika pikiran kalut, kita mudah dihasut untuk menyalahkan dan membenci orang lain.
Sebaliknya jika kita biasa sibuk dan aktif dengan kegiatan positif, kita sulit untuk dipengaruhi hal yang buruk dan negatif. Kita juga semakin peka untuk membaca situasi dan meresponnya dengan benar. Bahkan, semakin cekatan dan ringan tangan membuat rejeki kita semakin lancar.
Tak ada lagi kebiasaan untuk menunda, karena hidup yang bertanggung jawab adalah untuk berkarya dan bermakna. (MR)